Berkarya di Tengah Keterbatasan

Kondisi yang tak sempurna tidak membuat putus asa apalagi harus meminta-minta kepada orang lain. Sikap inilah yang ditunjukan oleh Jamudi, seorang perajin tuna rungu di Kampung Kosambi, Desa Bumijaya, Kecamatan Ciruas.

KARNOTO-SERANG-PROVINSI BANTEN

Pelan tapi pasti kedua telapak tangan Jamudi dieluskan kepada gumpalan tanah liat yang berada di depannya. Dengan penuh perasaan, Jamudi mengusap-ngusap tana liat lambat laun mulai berbentuk. Kegiatan seperti ini merupakan salahsatu proses pembuatan gerabah.

Aktivitas keseharian ini dilakukan oleh duda berusia 38 tahun ini sejak usianya masih kecil. Di tangan lelaki yang memiliki keterbatasan ini, tanah liat mampu diubah menjadi sebuah barang yang bernilai ekonomis.

Jamudi enggan meminta-minta kepada orang lain, meski kondisinya tak sempurna,” kata Jaenul, salah seorang tetangganya yang menanyakan alasan menjadi perajin kepada Jamudi dengan bahasa isyarat.

Ketika Radar Banten, mendatangi Jamudi pada Minggu (19/10). Lelaki berkulit sawo matang ini terlihat asyik sendirian di dalam salahsatu ruangan depan rumahnya yang sederhana. “Setiap hari saya mampu membuat 8 gerabah yang masih mentah dengan ukuran sedang,” kata Jamudi dengan bahasa isyaratnya kepada tetangganya.

Selain tak bisa mendengar, Jamudi juga tidak bisa bicara. Untuk mengerti apa yang ia katakan harus membawa tetangganya yang mengerti bahasa isyarat. “Biasanya, Jamudi mulai membuat gerabah pukul 08.00 hinga 16.00 WIB,” kata Jaenul saat turut mendampingi Jamudi.

Meski kondisinya tak sempurna, kata Jaenul, Jamudi pernah membuat gerabah di Bali selama lima tahun sebelum akhirnya kembali ke kampung kelahirannya di Desa Bumijaya. Kini, lelaki berperawakan tinggi ini menetap bersama orangtuanya.

Dari keterampilannya membuat gerabah, Jamudi mampu memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa harus meminta-minta kepada orang lain. Biasanya, hasil kerajinanya di jual ke Jakarta setiap seminggu sekali. “Di Jakarta sudah ada penampungnya,” ujar Jaenul. ****



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Aktivitas Kelompok Wanita Tani Desa Kopo

Partisipasi wanita desa sangatlah berarti bagi kemajuan daerah. Terbukti, aktivitas pertanian yang dilakukan oleh puluhan wanita yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Kopo, mampu memberikan kontribusi bagi keluarga yaitu dengan memanfaatkan halaman rumah ditanami palawija. Seperti apa ceritanya?

KARNOTO-KOPO, SERANG-BANTEN

Memasuki desa Kopo agak sedikit berbeda dengan desa lainnya. Halaman rumah warga di desa ini tidak ada yang kosong, karena dipenuhi berbagai tanaman palawija dan tanaman obat-obatan. Meski terlihat sepele dan ringan tapi manfaat kegiatan ini ternyata dapat membantu kebutuhan keluarga mereka.

Seperti yang diutarakan oleh Salamah, wanita yang dipercaya menjadi komando kelompok wanita tani Desa Kopo. Menurut dia, sejak ada KWT tahun 2007 lalu, rumah warga menjadi rindang dan dipenuhi berbagai tanaman diantaranya pare, cabe, terong dan sejenis tanaman obat-obatan (Toga).

Hasil tanaman ini kita jual ke pasar dan hasilnya lumayan membantu untuk keperluan keluarga,” kata Salamah dengan penuh semangat sambil menunjukan halaman rumah posko KWT kepada Radar Banten.

Selain menanam tanaman di halaman rumah, kata wanita yang mengenakan kaos putih bertuliskan KWT ini, para wanita di desanya juga menanam palawija di kebun. “Selain untuk keperluan keluarga, tanaman ini juga bermanfaat untuk kesehatan dan memperindah rumah,” ujarnya.

Animah, wanita lainnya menuturkan, meski hanya beranggotakan 20 wanita tapi dengan semangat dan kerjakeras akhirnya dapat menuai hasil. “Terbukti, kini hampir seluruh warga memanfaatkan halaman rumah untuk ditanami palawija dan tanaman obat-obatan,” katanya.

Tak heran, jika desa ini mendapat mandat dari pemerintah untuk dijadikan desa siap siaga. “Kami ingin berbuat meksipun hanya taraf desa,” ungkapnya. ***

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kisah Dua Pemulung Jadi Mahasiswa UI

Ini sepenggal kisah dua anak pemulung yang memiliki kemauan keras agar bisa kuliah di perguruan tinggi. Keduanya menjadi istimewa karena tumbuh di lingkungan yang sederhana dan keras, yakni Terminal Kota Depok.

Dengan segala cara dua anak dari Bengkulu dan Gorontalo ini akhirnya bisa duduk di bangku Jurusan Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Dua anak itu adalah M Ayatulloh Komeni dan Ais Rohim.

M Ayatulloh Komeni alias Ayat (19) lahir di Bengkulu, 16 Juni 1989. Ia anak pertama dari tiga bersaudara buah perkawinan Bambang Hermanto dan Ely. Kedua orangtuanya adalah petani sederhana. Dua adiknya, Della Anggraini dan Anggi Kurniawan, bersama orangtua. Ayat menyelesaikan sekolah dasar di SDN 23 Manna, Bengkulu. Lulus SD, ia sekolah di SMPN 1 Manna. Setelah lulus tahun 2004, Ayat memilih pergi meninggalkan kampung halaman.

”Orangtua tidak punya duit untuk sekolah saya. Sementara saya ingin sekolah terus. Akhirnya saya pergi ke Depok karena di sini ada saudara,” kata Ayat saat ditemui di Terminal Depok, Selasa (19/8) petang.

Berbekal ijazah, pakaian, dan uang Rp 200.000, Ayat naik bus menuju Depok. Setiba di terminal Ayat tidur di salah satu rumah tempat belajar yang dikelola Yayasan Insan Bina Mandiri pimpinan Nurohim. Yayasan ini memang bergerak di bidang pendidikan untuk anak-anak jalanan. Lokasi yayasan berada di Terminal Depok.

Memilih tinggal di yayasan, kata Ayat, karena ia tidak mau merepotkan saudaranya yang juga tinggal tidak jauh dari terminal. Sebulan pertama Ayat memilih menjadi pemulung bersama anak-anak di yayasan itu. Ia biasa memulung di sepanjang Jalan Margonda dari terminal sampai Bundaran UI. Biasanya pada malam hari. ”Karena siang saya sekolah,” kata Ayat.

Ia hanya satu bulan memulung. ”Hasilnya sehari sekitar Rp 30.000 bersama teman-teman untuk makan saja,” katanya.

Ayat langsung masuk sekolah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) program Paket C atau setara dengan SMA. Sambil belajar, Ayat juga membantu mengajar setingkat sekolah dasar atau program Paket A. Tahun 2007, Ayat lulus ujian Paket C dengan nilai 42 untuk enam mata pelajaran. Tapi tahun itu ia tidak bisa mendaftar ke perguruan tinggi karena salah satu sebab.

Untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, Ayat mengikuti bimbingan belajar di Yayasan Nurul Fikri. Biaya bimbingan belajar sebesar Rp 680.000. Ada mahasiswa Fakultas Ekonomi UI yang membantu biayanya. ”Mahasiswa itu membantu ke yayasan dan disalurkan ke saya,” katanya.

Akhirnya keinginan Ayat bisa dilaksanakan tahun 2008. Ia mendaftar menjadi mahasiswa UI melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Ia mengambil Jurusan Psikologi sebagai pilihan utama dan Jurusan Sastra Jawa Fakultas Ilmu Budaya sebagai pilihan kedua. Namun ia diterima di FIB. (Warta Kota/Mirmo Saptono, Rabu, 20 Agustus 2008)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Mereka Punya Tekad Yang Keras

DEPOK - Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri dan Ketua Pusat Kegiatan Belajar Mandiri Terminal Depok menilai kedua anak didiknya di sekolah gratis Terminal Depok yang kini diterima di Universitas Indonesia sebagai anak-anak yang memiliki tekad yang keras bahkan ketika memutuskan untuk merantau dari daerahnya masing-masing. "Mereka punya tekad yang keras dan masih mau dibimbing," ujar Nurrohim kepada Kompas.com di Depok, Rabu (20/8).

M Ayatulloh Komeni dari Bengkulu serta Ais Rohim yang berasal dari Gorontalo, dua orang anak didik Nurrohim, diterima di jurusan Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia melalui jalur nasional Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Nurrohim menilai keduanya memang memiliki potensi akademis yang cukup menonjol.

Nurrohim mengenal benar kedua anak ini karena mereka pun tinggal di lingkungan PKBM Terminal Depok. Selain itu, keduanya juga masih tergolong 'anak jalanan baru' sehingga masih mudah untuk membentuk mereka baik segi karakter dan keahlian. Menurut Nurrohim, keduanya cukup berbeda. Ayatulloh atau yang biasa dipanggil Ayat memiliki temperamen keras apalagi kalau sudah marah. Sedangkan Ais lebih pendiam dan berhati lembut. "Tapi tekad keduanya sangat keras. Ais contohnya. Sejak memutuskan merantau dari Gorontalo memang mau melanjutkan kuliah. Modal nekat dan bertekad mengumpulkan biaya untuk kuliah," ujar Nurrohim.

Ais juga merupakan pribadi yang tidak mau merepotkan orang lain. Meski di PKBM makan minum dan tempat beristirahat diberikan gratis, ujar Nurrohim, Ais masih mau berjualan asongan atau memulung untuk mengumpulkan uang. Saat ini, keduanya yang bergabung bersama PKBM sejak kelas paket C atau setara SMA juga masih membantu Nurrohim untuk mengajar adik-adik kelasnya yang belajar di tingkat SD maupun SMP. (Warta Kota, Rabu, 20 Agustus 2008)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Miskin Bukan Halangan Untuk Sekolah

DEPOK- Kondisi ekonomi yang sulit bukanlah halangan bagi seseorang untuk bersekolah bahkan hingga perguruan tinggi. Setidaknya itu yang dibuktikan oleh Ais Rohim (19), salah satu anak jalanan yang diterima di Sastra Jawa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Ais dan rekannya Ayatulloh Komeni mampu membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi tak menghalangi cita-cita mereka untuk melanjutkan pendidikan.

Ketika ditemui Kompas.com di fakultasnya, Ais baru saja menyelesaikan berbagai persyaratan untuk memperoleh beasiswa. Jika melihat sosoknya yang sangat sederhana, orang tak menyangka pemikirannya sangat jauh ke depan dan kemampuan akademisnya cukup baik. Baginya pendidikan adalah prioritas utama. "Miskin tidak jadi hambatan untuk meraih pendidikan, asal ada kemauan," ujar pemuda asal Gorontalo ini.

Ais mengatakan kedatangannya ke Jakarta tidaklah gampang. Setelah memendam keinginan untuk berkuliah di Jakarta sejak bersekolah di SMA Negeri 1 Limboto Gorontalo, Ais harus menyadari bahwa orang tuanya tak akan mampu membiayainya untuk berkuliah. Masyarakat di daerahnya, termasuk orang tuanya pun masih berpikiran kolot. Bagi mereka, bisa baca-tulis saja sudah cukup. "Tapi menurut saya nggak begitu," ungkapnya. Pemahaman yang kuat akan betapa berharganya pendidikan serta pengalaman membiayai sekolah sendiri selama SMA membuatnya sedikit memaksa orang tuanya untuk memberi izin.

Memang ketika SMA, Ais harus membiayai kehidupannya sendiri, termasuk biaya sekolah dengan berjualan kresek (plastik belanjaan) dan garam setiap hari Minggu serta menjual permen, makanan ringan dan pulsa di atara teman-teman sekolahnya pada hari biasa. Dari hasil ngutang sana-sini, Ais akhirnya pergi ke Jakarta, tiba di Depok dan tinggal di Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Terminal Depok.

Di tempat ini, Ais bersama teman-teman yang lain belajar gratis. Beberapa tenaga pengajar sukarela yang merupakan mahasiswa UI pun melihat potensi akademisnya yang 'berbeda'. Mereka lalu memberikan kesempatan kepada Ais untuk megikuti bimbingan intensif menjelang penyelenggaraan SNMPTN di salah satu bimbingan belajar di Depok selama enam bulan.

"Akhirnya saya lulus, meski di pilihan kedua, saya sangat bersyukur. Saya bisa buktikan, meski miskin saya bisa. Pasti ada jalan. Semoga bisa jadi semangat buat adik-adik di sekolah (PKBM)," ujar Ais. (sumber kompas, Kamis, 21 Agustus 2008)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kapan Kau Hadir Lagi


Terik matahari tak surutkan langkahmu
Deru hujan badai tak lunturkan azzammu
Raga kan terluka tak jadikannya linglu
Fatamorgana dunia tak silaukan pandangmu

Sebait syair Izzatul Islam ini mengingatkan saya pada sosok manusia yang nyaris sempurna. Kehidupannya yang bersahaja menjadikan doa dan nasehatnya terasa sejuk. Hati ini menjadi cerah jika disemai oleh nasehatnya soal hakikat manusia.

Doanya yang lembut seperti senandung surga yang dihembuskan ke dalam jiwa manusia yang haus akan ketenangan batin. Pernah suatu ketika sosok ini memimpin doa pada aksi solidaritas palestina di Monas beberapa tahun lalu.

Kata-kata ikhlas yang keluar darinya membuat hati-hati yang hadir saat itu berguncang dan menangis seperti sahabat ketika menangisi kepergian Rasulullah SAW. Betapa tidak, manusia yang memiliki peluang untuk menjadi orang serba kecukupan tapi hidup dalam kesederhanaan.

Rakhmat Abdullah, nama yang saya kenang ketika ia menyampaikan doa untuk saudara muslim di Palestina yang setiap hari dihujani peluru dari kaum Yahudi. Anggota dewan yang ia sandang tidak menjadikan silau mata dan hatinya.

Beliau memilih menggunakan bus kota ketika berangkat ke kantor DPR/MPR RI di senayan. Tak heran membuat penjaga pintu yang belum mengenalnya sering melarang ia masuk. Beberapa orang yang pernah memiliki pengalaman pribadi akan kesederahananya, seperti Mba Helvy, penulis dan pengurus Forum Lingkar Pena menceritakan. Saat ia mengundang Ust, Rakhmat Abdullah dalam acara FLP di Jogjakarta.

Mba Helvy menangis ketika melihat Rakhmat Abdullah datang tanpa seseorang yang mendampingi meskipun sebagi anggota dewan. Tak hanya itu, sang ustad datang dengan menggunakan bus layaknya masyarakat biasa. Bahkan, dalam kisahnya mba Helvy sudah memaklumi jika sang ustad tidak datang karena kesibukannya sebagai wakil rakyat.

Pada detik-detik acara, mba Helvy menyampaikan kepada peserta bahwa kemungkinan sang ustad tidak bisa datang dan dirinya bisa memaklumi. “Ketika itu saya tidak mau menghubungi beliau karena sudah membayangkan perjalanan dari Jakarta ke Jogja cukup jauh. Namun, mba Helvy dibuat merinding karena saat menyampaikan perihal ketidakdatangan sang ustad, ternyata sang ustad sudah duduk di kursi di antara peserta yang tidak mengetahui bahwa itu adalah Rakhmat Abdullah.

Kini, beliau telah berpulang ke pangkuan kekasihnya yaitu Allah SWT. Kapan kau datang lagi Ustad, kami rindu dengan semaian melalui nasehatmu. Kami butuh orang bersahaja sepertimu dan kami berharap ada penggantimu yang dihadirkan ke tengah-tengah kami.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Mengelola Ketidaksempurnaan

Apalagi yang tersisa dari ketampanan setelah ia dibagi habis oleh Nabi Yusuf dan Muhammad. Apalagi yang tersisa dari kecantikan setelah ia dibagi habis oleh Sarah, istri Nabi Ibrahim, dan Khadijah, istri Nabi Muhammad SAW? Apalagi yang tersisa dari pesona kebajikan setelah ia direbut oleh Ustman bin Affan? Apalagi yang tersisa dari kehalusan budi setelah ia direbut habis oleh Aisyah?

Oleh Anis Matta,Lc

Kita hanya berbagi pada sedikit yang tersisa dari pesona jiwa raga yang telah direguk habis oleh para nabi dan orang shalih terdahulu. Karena itu persoalan cinta selalu permanen begitu: jarang sekali pesona jiwa raga menyatu secara utuh dan sempurna dalam diri kita. Pilihan-pilihan kita, dengan begitu, selalu sulit. Ada lelaki ganteng atau perempuan cantik yang kurang berbudi. Sebaliknya, ada lelaki shaleh yang tidak menawan atau perempuan shalehah yang tidak cantik. Pesona kita selalu tunggal. Padahal cinta membutuhkan dua kaki untuk bisa berdiri dan berjalan dalam waktu yang lama. Maka tentang pesona fisik itu Imam Ghazali mengatakan: “Pilihlah istri yang cantik agar kamu tidak bosan.” Tapi tentang pesona jiwa itu Rasulullah SAW bersabda: “Tapi pilihlah calon istri yang taat beragama niscaya kamu pasti beruntung.”

Persoalan kita adalah ketidaksempurnaan. Seperti ketika dunia menyaksikan tragedi cinta Puteri Diana dan Pangeran Charles. Dua setengah milyar manusia menyaksikan pemakamannya di televisi. Semua sedih. Semua menangis. Puteri yang pernah menjadi trendsetter kecantikan dunia dekade 80-an itu rasanya terlalu cantik untuk disia-siakan oleh sang pangeran. Apalagi Camila Parker yang menjadi kekasih gelap sang pangeran saat itu, secara fisik sangat tidak sebanding dengan Diana. Tapi tidak ada yang secara obyektif mau bertanya ketika itu. Kenapa akhirnya Charles lebih memilih Camila, perempuan sederhana, tidak bisa dibilang cantik, dan lebih tua ketimbang Diana, gadis cantik berwajah boneka itu? Jawaban Charles mungkin memang terlalu sederhana. Tapi itu fakta, “Karena saya lebih bisa bicara dengan Camila.”

Kekuatan budi memang bertahan lebih lama. Tapi pesona fisik justru terkembang di tahun-tahun awal pernikahan. Karena itu ia menentukan. Begitu masa uji cinta selesai, biasanya lima sampai sepuluh tahun, kekuatan budi akhirnya yang menentukan sukses tidaknya sebuah hubungan jangka panjang. Dampak gelombang magnetik fisik berkurang Bukan karena kecantikan atau ketampanan berkurang. atau hilang bersama waktu.
Yang berkurang adalah pengaruhnya. Itu akibat sentuhan terus menerus yang mengurangi kesadaran emosi tentang gelombang magnetik tersebut.

Apa yang harus kita lakukan adalah mengelola ketidaksempurnaan melalui proses pembelajaran. Belajar adalah proses berubah secara konstan untuk menjadi lebih baik dan sempurna dari waktu ke waktu. Fisik mungkin tidak bisa dirubah. Tapi pesona fisik bukan hanya tampang. Ia lebih ditentukan oleh aura yang dibentuk dari gabungan antara kepribadian bawaan, pengetahuan dan pengalaman hidup. Ketiga hal itu biasanya termanifestasi pada garis-garis wajah, senyuman dan tatapan mata serta gerakan refleks tubuh kita. Itu yang menjelaskan mengapa sering ada lelaki yang tidak terlalu tampan tapi mempesona banyak wanita. Begitu juga sebaliknya.

Itu jalan tengah yang bisa ditempuh semua orang sebagai pecinta pembelajar. Karena pengetahuan dan pengalaman adalah perolehan hidup yang membuat kita tampak matang. Dan kematangan itu pesonanya. Sebab, setiap kali pengetahuan kita bertambah, kata Malik bin Nabi, wajah kita akan tampak lebih baik dan bercahaya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Menimbang Privatisasi Krakatau Steel

Dapat disimpulkan, industri baja nasional membutuhkan investasi baru. Namun, tidak serta merta dengan menjual kepemilikan mayoritas KS kepada investor asing. Posisi KS sebagai pabrik baja yang strategis di ASEAN tetap perlu dipertahankan oleh pemerintah. Potensi terjadinya perpindahan monopoli pemerintah ke monopoli swasta yang lebih berbahaya juga perlu diantisipasi.

Oleh DR.Zulkifliemansyah PHd

Salah satu kelemahan tim ekonomi SBY-JK adalah kurangnya perhatian terhadap perusahaan dan industri sebagai kunci pemulihan ekonomi dan teknologi. Terlalu sering diskursus publik di bidang ekonomi disederhanakan sebatas persoalan nilai tukar, isu-isu yang menyangkut perpajakan, ketersediaan modal, dan berbagai indikator makroekonomi lainnya.

Walaupun pemerintah berhasil mempertahankan dan memperbaiki kinerja ekonomi makro, ekonomi nasional tetap ringkih terhadap gejolak eksternal. Di sisi pengembangan teknologi, persoalannya masih berkutat primitif terhadap miskinnya kontribusi lembaga riset, kurangnya dana riset, serta kaburnya peneliti ke negara lain.

Akar masalah dalam memperkuat struktur industri tak pernah tersentuh dengan baik. Kebijakan menyangkut perusahaan dan industri terkesan tergopoh-gopoh, tak punya gambaran besar dan tak memahami leverage point yang benar untuk memulai penataan.

Kebijakannya tak sistemik dan berjangka panjang. Contohnya dalam memaknai kehadiran PT Krakatau Steel (KS). KS yang semestinya menjadi aktor kunci dalam membangun daya saing industri nasional, kalau tak hati-hati akan segera dikuasai asing. Bila ini terjadi, kita akan gigit jari dalam waktu sangat panjang karena ketergantungan, kehilangan kemandirian, dan mandul dalam berbagai inovasi teknologi.

Menguasai KS akan membuka kesempatan menguasai industri nasional dan ekonomi nasional. Karenanya, kebijakan tentang KS mestinya dimaknai dalam konteks ini dan disikapi pemerintah dengan sangat hati-hati.

Pemerintah harus berpikir ulang dengan keputusan akan menjual KS kepada peminatnya, yaitu Arcelor Mittal, Tata Steel, dan Blue Scope. Bisa jadi, bila keputusan ini diambil, pemerintah akan mengulangi kesalahan seperti pada episode privatisasi BUMN strategis sebelumnya.

Dulu BUMN dijual murah dan merugikan pemerintah selaku pemegang saham mayoritas. Aset dinilai sangat rendah. Tengoklah apa yang terjadi dalam pelepasan JICT anak perusahaan Pelindo III (1998), Semen Gresik (1998), dan Indosat (2002). BUMN yang diprivatisasikan ternyata mengalami lonjakan nilai aset yang kemudian dapat digunakan untuk me-leverage pendapatan BUMN tersebut berkali-kali lipat.

Alasan penolakan
Menjual KS tak haram. Meskipun pada 2007 membukukan laba, kinerjanya belum terlalu solid. Pada 2006 merugi Rp 135 miliar. Indonesia masih mengimpor baja sehingga memang membutuhkan investasi baru untuk meningkatkan kapasitas produksi baja nasional. Dari sinilah kemudian dapat dilihat KS membutuhkan suntikan modal, sementara industri baja membutuhkan investasi baru untuk menutupi kekurangan pasokan baja secara nasional.

Meski demikian, tak berarti harus mendivestasikan KS kepada perusahaan asing. Kenapa? Pertama, kalau kita bicara strategi pengembangan industri, keberhasilan industri baja juga memiliki ketergantungan pada keberpihakan regulasi pemerintah terhadap industri baja domestik.

Di Cina misalnya, dalam rangka mengonsolidasikan industri bajanya, pemerintah memberikan insentif berupa transfers of ownership yang memungkinkan bagi produsen baja mengakuisisi fasilitas baru dan ekspansi produksi pada harga yang lebih rendah atau bahkan tanpa biaya. Karena beragamnya insentif, tidak mengherankan harga baja Cina menjadi lebih murah.

Di Indonesia, relatif murahnya harga baja Cina ini selain karena industri baja di negara asal sarat dengan insentif, hambatan perdagangan bagi masuknya produk baja luar negeri ke Indonesia juga relatif kecil. Penerapan standar mutu bagi produk baja dari luar negeri melalui penerapan SNI juga belum secara efektif. Mudahnya produk baja luar negeri masuk, industri baja domestik banyak yang bangkrut karena kalah bersaing dengan produk serupa dari negara lain, khususnya dari Cina.

Kedua, kedudukan KS dalam struktur industri baja nasional monopolistis karena statusnya sebagai pemegang pangsa pasar terbesar dalam pasar baja nasional. Masuknya perusahaan multinasional asing untuk mengakuisisi KS secara mayoritas berpotensi memindahkan monopoli pemerintah kepada monopoli swasta. Mengingat beberapa perusahaan yang berminat mengakuisisi KS menjadi pesaing, bila akuisisi terjadi maka akan semakin mengokohkan praktik monopoli dalam industri baja nasional.

Ketiga, kondisi kesehatan keuangan dan operasional KS belum solid betul meskipun pada 2007 membukukan laba bersih. Bila KS dijual dalam kondisi yang kurang bagus, hasil penjualannya menjadi tidak optimal. Terlebih lagi, kondisi pasar modal sedang tidak menguntungkan.

Keempat, keputusan yang buru-buru berpotensi mengabaikan proses due diligence (penilaian kondisi perusahaan secara menyeluruh), sebagaimana layaknya yang terjadi dalam proses penjualan perusahaan pada umumnya, berpeluang besar pada penilaian aset perusahaan secara under valued yang merugikan negara.

Kelima, keputusan divestasi terburu-buru sangat dikhawatirkan prosesnya menjadi tidak transparan. Keputusan terburu-buru dalam proses divestasi KS membuat pemerintah tidak memiliki waktu cukup untuk meninjau ulang proposal bisnisnya dalam memilih mitra yang tepat dan memiliki komitmen yang kuat bagi pengembangan bisnis KS. Padahal, bila kebijakan divestasi secara strategic sales dilakukan, pemilihan mitra yang tepat memegang peranan yang strategis dalam menentukan sukses tidaknya perjalanan perusahaan pascadivestasi.

Fakta di luar menunjukkan kasus akuisisi baja di tempat lain sekitar 70 persen failed karena masalah incompatible motive, incompatible culture, over-promising, cheating, minimum commitment on development, dan sebagainya. Di Indonesia masalah kesalahan dalam memilih mitra juga telah terjadi, seperti kasus penjualan saham Semen Gresik kepada Cemex Meksiko pada 1998.

Itu merugikan posisi Indonesia sebagai pemegang saham mayoritas. Kita tidak boleh mengulang kesalahan serupa. Keenam, KS membutuhkan harga yang dapat dijadikan sebagai patokan untuk menentukan nilai sesungguhnya. Belum ada perusahaan sejenis di Indonesia yang dapat dijadikan sebagai benchmark untuk menentukan nilai jual KS. Selayaknya KS menempuh langkah IPO terlebih dahulu dan menunggu sampai terbentuknya nilai kapitalisasi pasar yang sesungguhnya sebelum diputuskan dijual.

Rekomendasi
Dapat disimpulkan, industri baja nasional membutuhkan investasi baru. Namun, tidak serta merta dengan menjual kepemilikan mayoritas KS kepada investor asing.

Posisi KS sebagai pabrik baja yang strategis di ASEAN tetap perlu dipertahankan oleh pemerintah. Potensi terjadinya perpindahan monopoli pemerintah ke monopoli swasta yang lebih berbahaya juga perlu diantisipasi.

Keputusan memprivatisasikan KS melalui strategic sales langkah tidak tepat. Ada juga ide dengan IPO. Solusi ini bagus, tetapi waktunya kurang tepat karena kondisi pasar modal kurang bagus serta KS belum terlalu solid. Dikhawatirkan hasil IPO yang diperoleh tidak maksimal.

KS lebih tepat direstrukturisasi terlebih dahulu. Misalnya, unit-unit bisnis KS yang bukan core dan merugi perlu di-spin off. Setelah kinerja KS solid, langkah IPO dapat diterapkan. IPO penting paling tidak untuk menentukan nilai kapitalisasi pasar yang sesungguhnya. Ketika akan didivestasikan secara strategic sales, pemerintah dapat memperoleh harga yang sewajarnya. Bila divestasi secara strategic sales dilakukan saat ini karena diburu oleh waktu, bisa mengulang episode privatisasi BUMN secara murah.

Terhadap Mittal perlu dibuka seluas-luasnya untuk masuk mengembangkan investasinya di sektor baja di Indonesia. Mittal, misalnya, dapat diarahkan berinvestasi di sektor pertambangan bijih besi untuk mengembangkan industri hulu baja.

Mittal juga dapat diarahkan memperkuat industri hilir dengan mendirikan pabrik pengolahan besi beton (long product). Untuk menarik investor selevel Mittal ke Indonesia, sejumlah hambatan regulasi di sektor investasi baja perlu dibenahi. Langkah inilah yang lebih tepat untuk mengatasi berbagai problem di industri baja nasional dibandingkan menjual KS ke investor strategis.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Manfaatkan Limbah Untuk Biaya Sekolah

Bau busuk menyengat, ribuan lalat beterbangan, tidak dihiraukan para pemulung beberapa anak usia sekolah dasar (SD) di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Cilowong di Desa Cilowong, Kecamatan Taktakan.


KARNOTO - Taktakan


Hampir seharian, Jumat (21/9), saya berada di TPSA Cilowong. Di antara pemulung berusia dewasa, puluhan anak juga berlomba mengais rejeki dengan memanfaatkan barang-barang yang mempunyai nilai jual seperti, alumunium dan kertas yang terselip di antara tumpukan sampah.

Dari keterangan pemulung berusia sekolah dasar itu, aktivitas mereka dipicu oleh himpitan ekonomi orangtuanya. Anak-anak yang seharusnya menikmati masa kecilnya itu dipaksa menjadi pemulung untuk membiayai sekolahnya.

Salah satu pemulung, Damiri, Kelas VI SDN Kubang asal Kampung Cikoak mengaku, aktivitasnya menjadi pemulung di TPSA Cilowong sudah dilakoninya sejak usianya masih tujuh tahun. “Orangtua sudah tidak mampu membiayai sekolah. Makanya, sepulang sekolah saya ke sini untuk nyari barang yang bisa dijual,” tutur anak berusia 12 tahun ini.

Dari pekerjaannya, Damiri mengaku dapat mengumpulkan barang sisa limbah rumah tangga sebanyak 3 kilogram yang dapat diuangkan sekitar Rp 5.000 sampai Rp 10.000. “Kalau lagi liburan sekolah, bisa dapat Rp 30.000 karena waktunya lebih lama,” katanya.
Dari hasilnya memulung barang-barang bekas, selain untuk biaya sekolah anak-anak itu juga menyisihkan sebagian hasil keringatnya untuk mencukupi kebutuhannya sendiri. Jika masih ada diserahkanpada orangtuanya.

Ratih, pemulung lainnya mengatakan, pencarian barang bekas di antara tumpukan sampah biasa dilakukan mulai pukul 13.00 hingga pukul 17.00. “Sebelum kita jual ke penampung, kita pilih jenis sampah yang masih bisa dipakai untuk disimpan,” ujar Ratih yang juga masih berstatus sebagai siswa di sebuah SD. (Radar Banten, Sabtu, 22 September 2007).****

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kedekatan Wanita Dengan Bunga

Oleh Ummu Hazimah Ayu Fadia

Wanita identik dengan bunga, Rasulullah pun memberikan nama putrinya Fatimah Azzahra yang berarti bunga. Dalam klasifikasi makhluk hidup, bunga berada pada kingdom plantae sementara manusia (wanita-red) berada pada kingdom animal (hewan-red). Wanita memegang peran yang amat penting dalam keberlangsungan siklus kehidupan. Baik sebagai topang kemajuan zaman maupun fungsi reproduksi yang harus berkualitas agar mampu menghadirkan generasi unggul.

Selain itu, wanita akan jauh dari penyakit saat lebih banyak berinteraksi dengan bunga dibanding dengan hewan, karena hewan dan manusia satu kingdom dan memiliki banyak kesamaan genetik maka tidak sedikit penyakit yang dapat ditularkan oleh hewan ke manusia.

Berbeda dengan bunga, bakteri dan virus yang yang hidup berinangkan (menumpang hidup-red) pada tumbuhan maka tidak akan mampu hidup dalam tubuh manusia, sehingga bisa dipastikan tidak ada penyakit yang dapat ditularkan ketika berinteraksi dengan bunga. Bahkan akan turut memperlancar metabolisme tubuh.

Kita semua tahu jika berinteraksi dengan tumbuhan maka akan mendapat pasokan oksigen dari tumbuhan karena sifatnya yang menyerap karbondioksida (racun-red) dan mengeluarkan oksigen dalam metabolismenya.

Sebagian bunga menebarkan bau harum dimana saat ini menjadi trend dalam menenangkan jiwa pada metode aroma terapi. Secara psikologi, mencium harum bunga dapat membantu menenangkan jiwa. Bunga juga indah untuk dipandang saat menikmati alam raya ini.

Dalam merawat bunga, wanita pun bisa memetik banyak hikmah, diantaranya adalah pelajaran disiplin. Perawat bunga harus mampu mendisiplinkan dirinya untuk memasok kebutuhan hidup bunga, seperti pupuk dan air. Dengan ketidakmampuan bunga berkata dan menangis, ini juga mengajarkan wanita untuk lebih sensitif dan pengertian, karena bunga tidak akan pernah minta diberi pupuk ataupun pestisida.

Merawat bunga pun mengajarkan kesabaran dan keterampilan. Bentuk bunga dapat menjadi lebih indah di tangan-tangan trampil dan cerdas. Pertumbuhan bungapun akan menjadi lebih baik di tangan orang-orang yang sabar.

Dalam ilmu biologi dikenal beberapa bantuan bunga untuk melakukan penyerbukan seperti dengan bantuan angin, hewan, termasuk juga manusia. Ini mengajarkan kita untuk selalu bekerjasama jika menginginkan kesuksesan.

Bunga merupakan alat reproduksi bagi tumbuhan dikotil. Dengan demikian, menjaga kesehatan bunga sama artinya turut dalam pelestarian lingkungan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ada Peluang Kalau Mau Berusaha

Penulis : Abu Hazimah Ayu Fadia

“Jangan mengeluhkan keadaan, karena seorang manusia harus mampu merubah keadaan bukan dilarutkan oleh keadaan. Sikap optimis, rajin berusaha serta berdoa maka jalan keluar akan selalu ada,”

Seorang pemuda tampak ceria menyambut suasana pagi ketika itu. Udara yang sejuk dan derap kaki orang yang sedang olah raga menemani pemuda ini. Puluhan bunga dengan berbagai jenis pun menjadi saksi.

Ya, pemuda ini bukan sedang melamun ataupun berangan-angan akan masa depannya, seperti pada umumnya, tapi ia sedang berjualan bunga di alun-alun Kota Serang pada Minggu (10/2) pagi.

Sementara itu, tampak pula, di samping pemuda ini puluhan pedagang yang menjual barang dan jasa, dengan beraneka jenis sesuai dengan kemampuan mereka menangkap peluang usaha. Mulai dari penjual kupat tahu, mainan, kebutuhan rumah tangga, dan makanan ringan lainnya.

Jika dilihat dari jumlah masyarakat yang mengunjungi alun-alun setiap minggu pagi, berjualan di tempat ini lumayan hasilnya, karena para pengunjung tidak datang sendirian, namun biasanya mereka berolahraga sambil membawa anak-anak dan ini adalah peluang kita untuk mengais rezeki.

Ini merupakan salah satu misal bahwa setiap waktu dan tempat selalu ada peluang usaha asalkan kita mau melakukannya. Gambaran umum yang terjadi setiap hari Minggu pagi di alun-alun Kota Serang, merupakan salah satu bukti akan karunia Allah SWT yang maha luas dan pemurah.

Di tempat ini kita bisa berolahraga sekaligus memancing rupiah dengan cara berjualan barang ataupun jasa yang halal dan berkualitas. Sebab, pengamatan kami, dari puluhan jenis barang yang dijual di tempat ini hampir seluruhnya ramai diburu pembeli, apalagi kalau bicara makanan.

Ketika mendatangi tempat ini pada Minggu (10/2) lalu, kami terpaksa harus antre dengan pembeli lain saat membeli kupat tahu. Saya hitung, jika harga satu piring Rp 4.000 maka jika dikalikan 100 piring, penjual itu sudah mengantongi uang sebesar Rp 400.000, ini hanya beberapa jam saja.

Sekarang kita coba menerawang penghasilan pedagang bunga, yang berada tidak jauh dari penjual kupat. Sekadar mengingatkan, harga bunga yang dijual di alun-alun Kota Serang berkisar antara Rp 10.000-Rp 3.000.000, tergantung jenis tanamannya. Seperti jenis tanaman lavenda, yang dikenal ampuh untuk mengusir nyamuk sehingga tidak perlu lagi menggunakan obat anti nyamuk, di sini dijual antara Rp 10.000-Rp 17.000.

Namun, ada juga jenis tanaman yang harganya lumayan tinggi, seperti tanaman gelombang cinta yang harganya mencapai jutaan rupiah. Bahkan, konon jenis tanaman ini dijual per daun dengan harga Rp 35.000-Rp 50.000. Menakjubkan bukan?.

Dari tanaman kita beralih ke penjual jasa mainan anak-anak atau sering disebut odong-odong. Pengamatan kami harga sekali naik odong-odong Rp 1.000 per anak. Sekarang kita mulai hitung, jika pagi itu ada 100 anak maka penghasilannya sebesar Rp 100.000 untuk dua jam saja.

Sekali lagi luar biasa memang, terbukti janji Allah SWT, yang menyatakan Allah SWT tidak akan merubah nasib suatu kaum, sebelum kaum tersebut mau merubahnya. (Qs.Ar-rad,11). Namun, meskipun peluang itu sebetulnya ada di depan mata kita, ada di depan, samping, belakang, dan atas rumah kita. Namun, hanya akan berlalu tanpa kita manfaatkan jika dibiarkan berlalu.

Luar biasa bukan?, mulai sekarang jangan mengeluhkan keadaan, karena seorang manusia harus mampu merubah keadaan bukan kita yang dirubah keadaan. Berusahalah maka jalan keluar menuju solusi akan terlihat.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS