Benarkah Bangsa Indonesia itu Malas?

Benarkah bangsa Indonesia itu malas? Apa benar bangsa Indonesia itu tidak kreatif? Dua pertanyaan itu sering kali terlontar jika kita ngobrol dengan teman atau kolega terutama dari manca negara. Dua pertanyaan itu memang layak terlontar apalagi mengingat kondisi negeri kita yang hingga saat ini belum bangkit dari krisis dan makin carut marut.

Ternyata di tengah situasi dan kondisi seperti itu, sejumlah pemuda Indonesia bertarung dan mengadu kreatifitas dalam ajang Black Innovation Awards 2009 yang digelar perusahaan rokok Djarum. Dan, kali ini Kick Andy akan mengenal lebih dekat para pemenang lomba kreatifitas itu.

Salah satu pemenang lomba BIA 2009 adalah Muhamad Rois Abidin. Pemuda kelahiran kota Blitar, Jawa Timur 23 tahun lalu itu tidak tanggung-tanggung. Dua karyanya yang dikirim sekaligus yaitu Cangkingz dan Bagcamp berhasil menang. Menurut Rois ide membuat cangkingz atau tempat membawa duren itu berdasarkan pengamatan sehari-hari di dekat rumahnya. Ia sering melihat betapa susahnya orang yang membeli duren itu ketika membawa pulang karena takut terluka karena durinya yang tajam. Dengan Cangkingz, buah duren bisa dimasukan dan ditutup kembali. Dengan demikian kita bisa membawa duren dengan nyaman. Sedangkan penemuan keduanya adalah Bagcamp. “Bagcamp adalah sebuah tas yang ketika dibuka bisa diubah menjadi sebuah tenda,” ujarnya menerangkan. Jadi tas ini menurut rois, kalau mau camping tidak perlu repot membawa tenda.

Inovasi lainnya yang berhasil menang adalah “blind gaple”. Menurut penciptanya yaitu Arif Kurnianto, ia ingin agar saudara kita yang tunanetra bisa bermain gaple atau domino dengan orang normal. Kartu gaple nya dibuat khusus yaitu dengan lobang-lobang sesuai dengan jumlah lambang domino. “Penderita tunanetra memainkannya dengan meraba kartu itu,” kata pemuda berusia 33 tahun itu.

Sementara penemuan yang terlihat simpel namun menarik perhatian dewan juri adalah “templast”, yaitu tempat sampah plastik. Menurut penemunya, Bharoto Yekti, tempat sampah ini di dalamnya terdapat beberapa lingkaran berbagai ukuran. Masing-masing lingkaran itu diberi kantong plastik atau tas “kresek” untuk menampung sampah. “Melalui alat ini kita bisa dengan mudah memilah-milah sampah sesuai ukuran dan jenisnya. Sangat sederhana bukan?,” kata Bharoto meyakinkan. Memang menurut pengamatan dewan juri, Yoris Sebastian, “templast” memang sangat simpel dan sederhana. Walau kelihatan sederhana, manfaatnya ternyata sangat besar sekali. Karena sangat simpel dan sangat bermanfaat itulah yang membawa Bharoto Yekti, pria 28 tahun lulusan ITB itu mendapat tiket berangkat ke Australia untuk menjadi pengamat dalam lomba kreatifitas tingkat internasional.

Ide dan kreatifitas para pemuda Indonesia dalam ajang Black Innovation Awards itu memang patut dihargai. Dengan ajang semacam ini akan selalu muncul ide dan kreatifitas yang sangat aplikatif sehingga bisa bermanfaat buat masyarakat. Hanya saja peran serta pemerintah dan dunia usaha sangat diperlukan disini. Para innovator itu ternyata masih kesulitan mempatenkan dan memasarkan hasil karyanya. ( sumber: www.kickandy.com]

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ciputra: 95 Persen Makanan Saya Sayuran

Ciputra, tokoh properti di Indonesia, tampak masih bersemangat ikut Kongres FIABCI. Meskipun usianya sudah 78 tahun, Pak Ci, panggilannya, masih kuat berjalan kaki. Namun, tak jarang Pak Ci harus naik kursi roda. Wajar memang jika Pak Ci sangat peduli pada Kongres FIABCI. Pak Ci adalah orang Indonesia dan Asia pertama yang menjadi Presiden FIABCI Dunia pada tahun 1987. Pak Ci juga orang yang memelopori Indonesia menjadi tuan rumah Kongres FIABCI lagi setelah batal menggelar kongres ini tahun 1998 akibat kerusuhan Mei.

Memang demikianlah, Pak Ci adalah sosok tokoh properti Indonesia yang sangat dihormati dunia internasional. Chairman Bukit Kiara Malaysia dan mantan Presiden FIABCI Dunia Datok Alan Tong, misalnya, menyatakan Pak Ci adalah tokoh panutannya. "Saya banyak belajar dari Pak Ciputra," kata Alan Tong, orang yang mendukung Bali jadi tuan rumah Kongres FIABCI.

Apa rahasia hidup sehat Pak Ci? "Saya setiap hari makan sayur. Dan 95 persen makanan saya sayuran," kata Pak Ci dalam percakapan dengan Kompas.com di sela-sela Kongres FIABCI di Hotel Grand Hyatt, Nusa Dua. Pak Ci juga masih suka membaca buku. "Saya suka buku-buku nonfiksi tentang entrepreneurship, kewirausahaan," kata pemilik Grup Ciputra itu.Pak Ci memang pengusaha sukses. Pengalamannya sebagai Presiden FIABCI Dunia 1987 membuat Ciputra berhasil memperluas jaringannya. Grup Ciputra membangun kota baru di Vietnam dan Kamboja.

Semangat hidup Pak Ci memang patut dicontoh. Ketika banyak pengusaha properti sudah kembali ke Jakarta, Pak Ci tetap hadir dalam farewell party FIABCI di Garuda Wisnu Kencana, Jumat (28/5/2010) malam. Itulah Pak Ci. Meskipun sudah berada di puncak, Pak Ci tetap rendah hati. Banyak yang meminta foto bersama dia dan Pak Ci selalu melayaninya dengan senyum.[www.kompas.com]

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Wah... Anak SD Sudah Bikin Dua Buku!


Anak usia SD biasanya masih gemar bermain dengan teman sebaya, mengikuti pelajaran sekolah, les bahasa, keterampilan atau membaca buku. Akan tetapi, Muthia Fadhila Khairunnisa, siswi kelas IV SD Islam At-Taqwa Jakarta ini sudah jauh dari itu. Ia sudah mampu menulis dua buku cerita pendek berjudul Strowberry Secret dan Manusia Bunglon yang diterbitkan dan beredar di pasaran.


Kegemaran Muthia menulis sudah tumbuh sejak duduk di kelas satu SD. Selain membuat buku, Muthia juga sering menulis artikel tentang kejadian di sekitarnya. Bahkan satu tulisannya pernah dimuat di koran tentang penyakit demam berdarah dengue.

Buku berjudul
Strowberry Secret merupakan kompilasi cerita pendek yang ditulis Muthia bersama 20 penulis lainnya. Sedangkan Manusia Bunglon baru saja diterbitkan tahun ini.

"Kalau sudah besar ingin jadi penulis, presenter, pianis, terus ilmuwan juga", kata Muthia di sela acara "Gebyar Pendidikan Karakter" di Jakarta, Kamis (10/6/2010), seperti dikutip Kemdiknas.go.id.

Muthia termasuk siswi yang aktif dengan mengikuti berbagai ekstrakurikuler seperti menari, kelompok studi Alquran dan yang pasti Kelompok Pecinta pembuat cerpen.

Dalam acara gebyar pendidikan, karakter itu muncul juga nama Ayunda Nisa Chaira yang juga memiliki bakat menulis sejak kelas II SD. Putri pertama Yusnirsyah Sirin dan Cun'Ya ini telah menulis delapan buku cerita anak. Bahkan bukunya yang pertama berjudul
Space Fun Park telah diterbitkan sebanyak 15.000 eksemplar dan dicetak ulang tiga kali.

Dengan bakat menulisnya, Yunda menerima penghargaan dari penerbit Mizan sebagai penulis terproduktif. Selain itu Yunda juga pernah menjadi Juara II Lomba membuat cerita fiksi keagamaan, yang diselenggarakan Kementerian Agama.

Walaupun waktunya sehari-hari banyak diisi dengan menulis, prestasi Yunda di sekolah tidak perlu diragukan. Sejak duduk di kelas satu sekolah dasar Yunda selalu menjadi Juara I di kelasnya sampai sekarang, saat dia telah duduk di kelas dua SMP.

Siswi Kelahiran Jakarta, 30 Oktober 1997 ini duduk di kelas dua di SMP Negeri 49 Jakarta. Hari ini (10/6), dia bersama Muthia hadir dalam pembukaan acara Gebyar Pendidikan Karakter di Plaza Insan Kementerian Pendidikan Nasional dan berkesempatan untuk menyerahkan karyanya masing-masing kepada Menteri Pendidikan Nasional, Mohammad Nuh.

Saat ditanya, darimana dia mendapatkan inspirasi saat menulis, Yunda menjawab "Menulis itu bukan hanya berdasarkan kenyataan, yang penting itu imajinasi agar bisa membuat tulisan tersebut menarik", ujarnya.
[sumber: www.kompas.com]


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS