Kecakapan Bahasa Si Kecil

Halo, Umi, Abi, Ebo, Ambing, Abut, Ayan, Ajah, Bule, Endong, Lah, Otor, Mam, Nenen, Duduk, Ambil, Angun, Ebang, Urung, Alon, Euli, Minum, Ulu, Bobo, Nulis, Ikan, Uri, Anas, Auh, Ha, Sini, Mbah…….


OLEH ABU HAZIMAH AYU FADIA


Itulah sebagian kata yang sering diucapkan Fadia, anak pertama kami yang ketika tulisan ini dibuat baru berusia 1,4 tahun dalam kesehariannya. Awalnya saya sebagai seorang ayah tidak terlalu menganggap penting masalah kata, yang diucapkan Fadia. Lebih tepatnya, itu sesuatu yang biasa dan tidak perlu menjadi perhatian serius. Namun, belakangan saya baru mengetahui bahwa kata yang diungkapkan oleh anak-anak bisa menjadi tolak ukur kecakapan bahasa si Kecil.

Ternyata, kecerdasan bahasa seorang anak sudah bisa dilihat sejak kecil. Di dalam majalah Nakita edisi 31 Agustus 2009, diungkapkan bahwa kecakapan bahasa si Kecil adalah kemampuan si Kecil mengolah kata secara aktif untuk mengekspresikan objek, perasaan, ataupun menanggapi satu pertanyaan, yang dapat disampaikan secara lisan dan tulisan, juga kemampuan menggunakan bahasa secara kreatif. Disebutkan, ciri-ciri anak yang memiliki kecakapan bahasa diantaranya, rasa ingin tahu yang besar, kemampuan berkomunikasi dengan baik, dan dapat memberikan jawaban secara detail dan lebih panjang dibandingkan anak seusianya.

Ciri-ciri lainnya yaitu memiliki perbendaharaan hingga 200 kata di usia 1 tahun, dapat mengkombinasi dua kata, misal “mau minum, di usia 1 tahun dan mengucapkan kalimat pendek di usia 3 tahun, dan dapat berbicara dengan artikulasi jelas yang dimengerti orang lain di usia 2 tahun.

Dari sini, saya mulai mengumpulkan kata-kata yang sering diucapkan Fadia. Tak lain tujuannya adalah untuk melihat sampai sejauhmana perkembangan bahasa Fadia. Di usainya 1, 4 tahun, Alhamdulillah Fadia sudah mampu mengucapkan dua hingga tiga kata menjadi kalimat. Beberapa diantaranya yang sering saya dengar adalah “Ulu ayan cabut”, artinya bulu ayam dicabut. Kata ini diucapkan saat Fadia membeli ayam potong di dekat rumah bersama istri.

Menurut cerita istri, saat membeli ayam potong, Fadia melihat si tukang potong mencabut bulu ayam. Lucunya, Fadia mengucapkan kalimat itu seraya mempraktekan gaya si tukang potong saat mencabut bulu ayam. Fadia secara atraktif mempraktekan cabut bulu dengan cara mencabuti perutnya. Melihat begitu atraktifnya Fadia saya tertawa sambil memancing agar Fadia mengeksplorasi kata-kata lain, di tempat yang sama.

Alhamdulillah, Fadia pun langsung menambah kata-kata diantaranya “endong ama umi”, artinya gendong sama ummi. Selanjutnya, hampir setiap hari Fadia selalu mengucapkan kata tersebut hingga sering membuat saya sendiri kelelahan, karena Fadia ingin selalu direspon ketika mengucapkan kata tersebut.

Kata-kata lain yang sering diucapkannya diantaranya “alon terbang”, artinya balon terbang. Seperti biasa, Fadia kembali mengucapkan kata ini dengan atraktif. Kali ini, Fadia mengucapkan “alon terbang’ sambil jingkrak dan menunjuk ke arah langit dengan raut muka serius seolah ingin mengatakan bahwa katam yang diucapkannya adalah masalah serius dan wajib didengarkan.

Kalau mengacu pada keterangan di majalah nakita, saya merasa yakin Fadia memiliki potensi kecerdasan bahasa. Ini saya didapatkan setelah saya dan istri menghitung satu persatu kata-kata, yang diucapkan Fadia dan hasilnya lebih dari 200 kata telah diucapkan. Bahkan, Fadia sudah mampu merangkai dua hingga tiga kata dengan atraktif. Kini, tugas sebagai orangtua selanjutnya adalah mengembangkan potensi bahasa yang dimiliki Fadia. ****



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Merenung dan Hijrah, Awal Perubahan

Jauh sebelum Muhammad saw, menaklukan Kota Mekkah dan menguasai area ka’bah hingga Islam jaya. Muhammad saw, bayi keturunan suku Quraisy ini mengalami tekanan psikologis yang begitu hebat. Ayahnya, Abdullah, meninggal dunia saat Muhammad saw masih di dalam kandungan. Tak lama kemudian, Aminah, ibunya meninggal di saat usianya baru enam tahun.

OLEH ABU HAZIMAH AYU FADIA


Lalu apa yang membuat anak yatim piatu ini menjadi sosok yang luar biasa dan menjadi urutan pertama dalam kategori orang yang berpengaruh di dunia. Sebagaimana yang ditulis oleh Michael Heart dalam bukunya 100 tokoh yang paling berpengaruh di dunia. Sebagai orang yang bangga terhadap karir sosial politiknya Muhammad saw, saya membaca beberapa buku yang menceritakan profil sang penggembala domba ini. Buku yang saya lahap diantaranya 100 tokoh paling berpengaruh di dunia, Sirah Nabawiyah dan terakhit History of the Arabs karangan Philip k Hitti.

Dari ketiga buku tersebut, saya berani menyimpulkan bahwa ada dua titik awal dalam perjalanan cucu Abdul Muthalib ini hingga mencapai puncak tertinggi sebuah perjalanan manusia. Dua hal itu adalah merenung dan hijrah yang dilakukan oleh keponakan Abu Thalib ini. Philip dalam bukunya History of the Arabs, menceritakan, setelah menikah di usia 25 tahun dengan seorang janda kaya raya yang memiliki wawasan luas keturunan Quraisy. Ekonomi Muhammad di atas angin sehingga memiliki waktu yang cukup untuk menata cita-cita dan impiannya.

Lalu Muhammad saw sering meluangkan waktunya untuk merenung di gua kecil di bukit Hira, yang terletak di luar kota Mekkah. Apa sesungguhnya cita-cita dan impian Muhammad saw ketika itu. Tak lain adalah kegelisahan, keraguan dan harapan akan datang kebenaran yang hakiki. Di gua inilah, Muhammad mendengar suara yang bernada perintah. “Bacalah! dengan nama Tuhanmu yang menciptakan,” dan seterusnya.

Inilah awal kenabian yang menurut riwayat terjadi pada menjelang akhir bulan Ramadhan 610. Peristiwa ini menambah psikologis Muhammad kembali tertekan karena beberapa waktu setelah itu terjadi kekosongan turunya ayat. Keraguan dan gelisah kembali menyelimuti Muhammad. Di rumah, Muhammad meminta istrinya menyelimuti badannya karena menggigil bercampur dengan perasaan was-was. Belum juga reda perasaan Muhammad, kembali terdengar suara yang menurut riwayat itu adalah suara malaikat Jibril. “Wahai kau yang berselimut!. Bangkit dan berilah peringatan,” demikian wahyu keduanya turun.

Pertanyaannya adalah apakah kita harus mencari gua untuk merenung sebagaimana yang dilakukan Muhammad saw. Menurut hemat pikir saya proses perenungan saat ini tidak perlu mencari gua atau bukit apalagi di gunung. Sepertiga malam terakhir sepertinya lebih masuk akal dan realistis untuk dilakukan. Aktivitas sujud, dzikir dan pelepasan jiwa yang tepat seperti cukup logis untuk kondisi saat ini daripada harus pergi ke gua, lembah ataupun gunung. Tempat seperti pegunungan, lembah tetap bisa kita lakukan tapi tidak berlebihan.

Selanjutnya adalah hijrah, dimana kegiatan ini dilakukan oleh Muhammad saw bukan tanpa perencanaan. Menurut Philip, Muhammad telah merencanakan kegiatan ini selama kurang lebih dua tahun lamanya. Fakta ini membantah sebagian orang yang selalu beranggapan bahwa perencanaan itu tidak perlu. Selama dua tahun inilah, Muhammad saw mempersiapkan strategi, mulai dari pemilihan waktu, tempat, cuaca, teknis pemberangkatan hingga job description (pembagian kerja) untuk pengikutnya.

Philip menyebutkan ada 200 pengikut Muhamamad yang ikut hijrah ke Madinah. Mereka pergi secara diam-diam menyusuri padang pasir. Muhammad saw sendiri pergi menyusul dan tiba di Madinah pada 24 Septmber 622. Di Madinah, Muhammad sudah menempatkan dan ditunggu oleh penduduk pribumi dan sebagian pengikutnya yang lebih awal tiba. Perisitwa hijrah inilah titik balik kehidupan Muhammad saw setelah menjadi nabi. Dimana penduduk Mekkah khususnya kaum Quraisy sebelumnya menghina, mencaci, mengejar dan bermaksud membunuh Muhammad karena ideology yang dibawa Muhammad dinilai cukup menganggu.

Periode Madinah inilah, nabi mulai menata kehidupan sosial politik ummat. Beberapa tahun kemudian yaitu pada akhir Januari 630 M atau 8 Hijriyah, umat Islam yang dipimpin Muhammad berhasil menaklukan kota Mekkah. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan Futtuh Mekkah yang menggelorakan semangat dakwah para pengikutnya sekaligus menciutkan nyali musuh-musuh Muhammad saw. Ketika memasuki Ka’bah, Muhammad menghancurkan seluruh berhala yang berjumlah 360 buah seraya mengatakan kepada penduduk Mekkah. “Kebenaran telah datang dan kebatilan telah sirna!.

Yang menarik adalah Muhammad tidak melakukan balas dendam terhadap orang-orang yang dulu pernah memusuhi. Muhammad memberikan kesempatan musuhnya untuk berpikir dan memperlakukan dengan penuh kebaikan. Tidak ada kemenangan militer dramatis seperti yang terjadi pada penaklukan kota Mekkah oleh Muhammad saw. Itulah sejarah tauladan umat Islam yang ditulis oleh orang-orang yang jujur mengakui kehebatan Muhammad saw. Sejarah ini pula yang mestinya jadi insipirasi kita semua untuk berbuat. Merenung dan hijrah menjadi awal perubahan apapun agar menjadi lebih baik. Hijrah bukanlah perindahan fisik semata atau pelarian semata, tapi sebuah program yang penuh dengan rencana yang fokus, detil dan matang. ***

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kemiskinan Jangan Dirasa


“Meskipun saya tergolong keluarga miskin tapi tidak mau merasakan kemiskinan. Hidup harus berubah menjadi lebih baik dan sejahtera dari apa yang ada saat in”. Itulah kalimat yang diungkapkan oleh Sobri, mahasiswa ISIP Jakarta kepada saya.

Oleh Abu Hazimah Ayu Fadia

Mendengar kalimat di atas saya tertegun dan kagum karena kalimat di atas keluar dari mulut seorang anak, yang kebetulan secara ekonomi kurang beruntung. Sobri (20) adalah alumni SMA Al-Irsyad, Desa Sukadalam, Kecamatan Waringinkurung, Kabupaten Serang, Provinsi Banten.

Kini, di tahun 2009 Sobri sudah sudah bisa menikmati perkuliahan di Institut Sosial Ilmu Politik (ISIP), Jakarta dan mengambil jurusan Administrasi Niaga. Apa yang diutarakan Sobri selayaknya menjadi pemicu bagi generasi muda untuk senantiasa optimis dalam meniti kehidupan. Dunia bergerak dan berputar sambil membawa orang-orang yang mau diajak bergerak. Tentunya, bergerak ke arah yang lebih baik.

Optimisme memang bisa mengalahkan semua krikil-krikil yang mengganggu potensi positif diri. Optimisme juga mampu melahirkan karya-karya luar biasa dan mengaggumkan. Sayangnya, stimulus jiwa ini sering luput dari penjagaan sehingga pesimisme mendominasi hati dan jiwa. Keberhasilan seseorang diawali dengan optimisme, karena dari sinilah otak dan pikiran kita akan digerakan menjadi kreatif dalam memecahkan persoalan-persoalan rumit.

Tak heran harian Kompas di ulang tahunnya ke-44 di tahun 2009 pun mengangkat tema besarnya dengan judul membangun optimisme, seperti yang ditulis pada edisi Selasa (22/6) pada halaman pertama. Tulisan yang digoreskan oleh Ninok Leksono tersebut mengangkat tema besar membangun optimisme dengan tema ekonomi inovasi.

Dalam tulisan tersebut, Ninok mengutip pemikiran dari James Canton yang mengatakan bahwa ekonomi inovasi merupakan perjumpaan antara ekonomi, demokrasi, perdagangan dan teknologi. Yang menguasai seni dan sinergi bidang-bidang tersebut dakan menguasai kepemimpinan dunia, produktivitas bisnis, dan kesejahteraan individu.

Begitu dahsyatnya dampak optimisme terhadap kemajuan dan perubahan seseorang maka sudah selayaknya menjadi perisai. Apa yang diutarakan oleh Sobri menjadi inspirasi bagi anak-anak yang senasib. ***



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Fir'aun di Laptop


Banyak cerita di dunia ini, semenjak zaman dahulu kala Bagi manusia yang banyak dosa di azab Allah Lihatlah Fir’aun, manusia yang sombong di tenggelamkan di lautan dalam Kaum Nabi Luth dan Kota Pompaii Telah hancur lebur tinggal jejaknya.

Oleh Abu Hazimah Ayu Fadia


Kalimat di atas adalah penggalan lirik lagu anak-anak yang menceritakan tentang Fir’aun dan kaum Nabi Luth. Dalam kepingan CD tersebut, digambarkan secara umum bukti-bukti kekuasaan Allah SWT yang menenggelamkan Fir’aun di laut dan hancurnya Kota Pompaii serta musibah yang menimpa kaum Nabi Luth.

Fir’aun adalah gelar raja Mesir ketika dulu. Nah, dalam kisahnya, Ramses II atau Fir’aun yang sombong hingga pada klimaksnya, Fir’aun mengaku sebagai Tuhan bagi masyarakat saat itu. Nabi Musa yang hidup di zamannya pun diperintahkan untuk mengingatkan Fir’aun, tapi Ramses II ini justru memusuhi Musa dan ummatnya. Bahkan, Fir’aun mengejar Musa dan pengikutnya ketika mereka hendak pergi dari negeri tersebut. Singkat cerita, pada saat menemui jalan buntu para pengikut Musa bingung bahkan ada sebagian dari mereka terkesan menyesal, mengikuti ajaran Musa.

Di luar dugaan, munculah mukjizat dari Allah SWT berupa kekuatan tongkat Musa yang mampu membelah laut hingga akhirnya Musa dan pengikutnya bisa melewati jalan buntu tersebut. Fir’aun dan pengikutnya pun hendak mengejar tapi ketika berada di tengah belahan laut, Allah SWT kembali menyatukan belahan laut sehingga Fir’aun dan pengikutnya tenggelam. Aneh, jasad Fir’aun diselamatkan oleh Allah dan terdampak di pinggir laut hingga akhirnya dibuat mumi.

Pada kisah selanjutnya, Kota Pompaii ditimpahkan musibah berupa hujan api dan gempat bumi hingga kota tersbut hanya menyisakan bangunan-bangunan, yang sudah hancur lebur. Manusia penghuni kota tersebut pun menjadi batu dan hancur akibat dahsyatnya musibah tersebut. Kota Pompaii di zamannya terkenal makmur dan keindahan kotanya. Tapi sayangnya penduduk Pompaii memiliki kebiasaan buruk yang dibenci Allah SWT, penduduk di kota ini gemar mengadu manusia secara sadis hingga lawannya tewas. Lawan yang tewas kemudian diberikan kepada srigala-srigala.

Kisah penuh hikmah yang terdapat di CD tersebut selalu menjadi menu keseharian Fadia, yang saat itu baru berumur 1 tahun 3 bulan. Biasanya, Fadia menonton kisah yang diperankan oleh Tupi dan Pingi-ping ini di laptop mungilnya. Yah, saya dan istri bangga melihat Fadia sudah mengenal laptop di usianya yang baru satu tahun tiga bulan. Meski belum lincah memahami fungsi keseluruhan dari laptop warna hitam tersebut, tapi kami merasa bangga karena Fadia sudah bisa memangku dan memencet beberapa tools di laptop, meski ia sendiri belum mengetahui fungsinya.

Setiap pagi, usai shalat subuh sekitar pukul 05.00 WIB, Fadia biasanya bangun dan langsung meminta diambilkan laptop. Sore harinya, usai shalat ashar pun Fadia meminta diambilkan laptop dan langsung minta diputarkan film kisah-kisah insipiratif. Betul-betul perkembangan Fadia cukup membanggakan, ini pula yang kemudian menancapkan cita-cita besar saya akan sosok Fadia dewasa nanti, seperti yang pernah saya tulis sebelumnya. Muslimah yang memiliki akidah kuat, wawasan luas, sejuk dan menenangkan serta muslimah yang mampu menyampaikan agama sesuai dengan bahasa kaummnya. Selamat meraih cita-cita nak, semoga Allah selalu memberikan bimbingan dan kekuatan kepada kita sekeluarga, amin. *****

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

90% Kesuksesan Bukan dari IQ


Kamu itu anak goblok, jendel dan tolol, lihat anak lain pintar semua, kenapa kamu tidak bisa. Oleh Abu Hazimah Ayu Fadia

Kalimat di atas sering saya dari orangtua ketika mendapatkan nilai akademik anaknya tidak memuaskan. Sepintas ini hal yang biasa dan dianggap lumrah tapi ternyata sangat mengganggu mental si anak. Selain itu, cara tersebut jelas tidak dibenarkan baik ditinjau dari aspek ilmiah maupun agama.

Fakta di lapangan, masih banyak orangtua yang memberikan stigma buruk kepada anak-anaknya ketika nilai akademiknya jelek. Padahal menurut Daniel Goleman, penulis buku kecerdasan emosi yang juga ahli psikologi, bahwa IQ hanya menyumbangkan 5-10% kesuksesan seseorang, sedangkan sisanya yang 90 persen ada di kecerdasan emosional dan spiritual. Sebuah fakta yang mengaggetkan saya atau mungkin anda sendiri. Maklum, selama ini kita hanya ditekan untuk menjadi orang cerdas akademik. Padahal, ada potensi kecerdasan emosional dan spiritual yang kita miliki tapi tidak pernah dikenalkan kepada kita.

Saya masih ingat saat masih SMP sekitar tahun 1993 lalu, guru matematika dan fisika saya selalu memberikan hukuman fisik kepada siswa yang nilai lima. Kedua guru ini hanya memuji siswa yang pandai matematika dan mereka selalu mendapat perhatian penuh. Jika mengingat semua itu, sakit hati ini, karena ternyata guru yang mestinya menjadi fasilitator justru menghancurkannya mental siswa sendiri.

Kisah yang mirip juga terjadi di daerah lain, diantaranya kisah yang ditulis oleh Taufik Pasiak, penulis buku revolusi IQ/EQ/SQ dari Manado. Dokter lulusan Universitas Sam Ratulangi Manado, ini menceritakan kekecewaan seorang siswa di salah satu sekolah di Manado ketika menanyakan kepada salah seorang gurunya soal kecerdasan. Dalam buku tersebut, siswa itu bertanya kepada sang guru, siapakah yang lebih pintar, Albert Einstein atau Mike Tyson?, Rudi Hartono atau BJ.Habibi.

Mendengar pertanyaan siswa tersebut, sang guru tidak memberikan jawaban yang tidak memuaskan, karena hanya dijawab mana mungkin orang tersebut disamakan. Sang siswa sendiri adalah pemain basket terkenal yang mengharumkan nama sekolahnya. Sang siswa merasa tidak dianggap cerdas dan pantas oleh guru sehingga jawabannya terkesan menyepelekan.

Pemahaman sang guru yang menganggap siswa pemain basket sepertinya perlu diluruskan supaya tidak ada korban selanjutnya. Menurut Paul Stoltz dalam bukunya yang berjudul Adversity Question, kunci kesuksesan ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya kinerja, bakat, kemauan, karakter, kesehatan dan keyakinan.

Nah, mulai sekarang hilangkan dan lenyapkan dari pikiran kita untuk memberikan stigma buruk kepada anak-anak kita, karena kecerdasan akademik hanya 5-10% menentukan kesuksesan. ***

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Hidup Adalah Pilihan


Setiap detik, hari, bulan dan tahun, kita selalu dihadapkan pada suatu pilihan. Yah, pilihan yang terkadang membingungkan karena sebagai mahluk yang memiliki nafsu. Padahal, salah memilih berarti wajah dan nasib kita akan berubah.


Oleh Abu Hazimah Ayu

Fadia


Sabtu, 20 Juni 2009 sekitar pukul 13.00 WIB, secara tidak sengaja saya membaca sebuah buku yang sudah dua mingguan diacuhkan. Syukurnya, masih ada lipatan buku sebagai pertanda batas akhir halaman yang saya baca beberapa waktu lalu.

Lembar demi lembar buku berjudul Room to Read yang ditulis oleh mantan eksekutif muda di Microsoft, Amerika Serikat, John Wood, saya baca dan telaah secara perlahan. Buku yang telah diterjemahkan ke dalam 16 bahasa dan salah satunya adalah bahasa Indonesia, ini cukup menarik dan insipiratif terutama bagi sesorang yang memiliki rasa kemanusiaan soal nasib anak-anak di pelosok daerah yang memiliki keterbatasan akses informasi.

Di dalam buku setebal 385 halaman ini, Jhon menceritakan pergolakan dan proses penjelamaan dirinya dari salah satu pimpinan di Microsoft menjadi aktivis sosial, setelah berhenti di perusahaan milik Bilgates tersebut. Jhon yang berhasil meraih Academy for Educational Development “Breakthrough Ideas in Education” Award 2007, ini nekat meninggalkan karirnya di Microsoft dan aktif pada kegiatan non profit yang bergerak di bidang pendidikan dan berhasil membangun 7.000 perpustakaan di pelosok dunia (lebih lengkapnya baca bukunya yah).

Setelah membaca buku ini selama satu jam lebih, saya langsung mengambil laptop yang tersimpan di dalam lemari dan langsung memencet keyboard hitam mungil di laptop tersebut. Tampak istri dan Fadia anak pertama saya, masih lelap dengan tidur siangnya.

Membaca buku ini saya seperti diingatkan olah Jhon akan sebuah kata kunci yang berbunyi hidup adalah pilihan. Kata ini terlihat sederhana tapi berdampak luar biasa terhadap kehidupan yang kita jalani.

Pilihan-pilihan selalu ada di depan mata setiap detik dan hari. Memilih jodoh, pekerjaan, tempat tinggal termasuk aktivitas keseharian merupakan pilihan yang selalu ada dihadapkan seseorang, yang terkadang membingungkan. Pilihan yang saya maksud bukanlah pilihan antara keburukan dengan kebaikan, bukanlah syurga dengan neraka karena kalau ini sudah jelas dan tidak perlu memilih termasuk efeknya terhadap diri kita juga sudah jelas.

Yang ingin saya katakan di sini adalah pilihan dimana kita dihadapkan pada dua kebaikan atau lebih, bukan pilihan antara kebaikan dengan keburukan. Apa yang dialami oleh Jhon merupakan salah satu contoh seseorang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama baik yaitu apakah akan tetap bekerja di perusahaan raksasa dengan segala fasilitas yang diterima, atau menjadi aktifis sosial dengan mendirikan perpustakaan di pelosok dunia dengan konsekuensi harus rela meninggalkan fasilitas dari perusahaan.

Soal pilihan, ustad Ulil dalam sebuah kajian di salah satu masjid di Kota Serang, Provinsi Banten, mengungkapkan keherananya kepada sebagian orang ketika dihadapkan pada pilihan baik dan buruk. Pria yang pernah mengenyam perkulihan di negara Arab ini, menceritakan sahabiah Nabi Muhammad Saw, ketika diminta untuk memilih apakah bisa bersabar menerima penyakit ayan tapi dijamin masuk syurga atau minta nabi mendoakan agar penyakitnya sembuh, tapi belum ada jaminan masuk surga karena kemungkinan akan terjemus ke dalam orang-orang yang tidak bersyukur.

Sahabiah tadi akhirnya memilih sabar demi masuk syurga daripada memilih minta didoakan sembuh, tapi belum ada jaminan masuk syurga dengan alasan yang nabi sebutkan di atas. “Wong dijamin masuk syurga kok ragu, buat apa menimbang-nimbang atau shalat istikharah, kan pilihannya masuk syurga,” kata ustad Ulil.

Begitulah manusia, terkadang salah menempatkan sikap dan keputusan. Sesuatu yang sudah baik masih ditimbang tapi hal yang buruk dilakukan tanpa pertimbangan. Apa yang dilakukan oleh Jhon dan cerita ustad Ulil bisa menjadi bahan perenungan dalam menjalani bahtera kehidupan supaya hidup lebih baik.

Jangan dibingungkan oleh pilihan buruk dengan kebaikan, tapi jangan ragu pula untuk memilih sesuatu yang lebih baik meski secara materi sedikit. ****

Kota Serang-Banten, Sabtu, 20 Juni 2009

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Mencari Makna 2 Tahun


Membaca surat Al-Baqarah ayat 233 di dalam kitab suci Al-Quran, rasa penasaran dan keingintahuan saya terusik. Apa sesungguhnya makna dari pesan yang ingin Allah SWT sampaikan kepada hamba-Nya. Kenapa seorang ibu diminta untuk menyusui anaknya hingga dua tahun lamanya, pasti ada sesuatu di dalam kalimat ini.


Oleh Abu Hazimah Ayu Fadia


Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempuranakan penyusuannya. Demikian salah satu penggalan ayat di dalam surat Al-Baqarah ayat 233, yang saya temukan saat mencari ayat yang berbicara tentang pendidikan anak. Ayat ini secara tidak sengaja saya temukan karena sebelumnya tidak menyangka kalau ternyata Al-Quran berbicara sedetil ini.

Usai membaca ayat ini, proses pencarian makna di balik kenapa Allah SWT memerintahkan ibu untuk menyusui anak hingga usia dua tahun pun saya lakukan. Ada beberapa aspek yang ingin saya ketahui dari ayat ini, yaitu aspek kesehatan, psikologi dan pengaruhnya terhadap kecerdasan anak.

Malam sekira pukul 23.00 WIB, proses pencarian di perpustakaan pribadi pun saya lakukan. Pertama kali buku yang saya buka berjudul

“Kado menyambut si buah hati karangan Ibnu Qayyim Al-Jauziah, yang diterjemahkan oleh Mahfud Hidayat dan diterbitkan oleh Pustaka Al-Kautsar”. Lembar demi lembar, bab demi bab saya buka buku tersebut tapi tidak saya temukan pembahasan detil terkait makna perintah untuk menyusui anak hingga dua tahun.

Dalam buku setebal 491 halaman dan cover warna kuning ini, hanya mengatakan bahwa menyusui hingga 2 tahun adalah hak anak tanpa ada penjelasan detil efek positif bagi si anak itu sendiri. Pembahasan yang terdapat di halaman 387 ini menambah penasaran saya untuk membaca buku lainnya.

Beberapa saat kemudian saya pun membaca kembali buku tentang pendidikan anak. Kali ini buku karangan Imam Musbikin yang berjudul “persiapan menghadapi persalinan”. Ternyata di buku ini pun hanya dijelaskan jika seorang ibu yang menyusui dapat menjarangkan kehamilan. Dalam buku setebal 481 halaman ini hanya menjelaskan penelitian John Bonggarts dan Arudh Jain dari Word Fertility Survey (WFS), terkait penelitiannya di 8 negara yaitu Indonesia, Bangladesh, Colombia, Guyana, Yordan, Panamana, Peru dan Srilanka. Dalam penelitian tersebut menunjukan bahwa wanita berpendidikan cenderung menyusui bayinya dengan periode yang lebih pendek jika dibandingkan dengan wanita yang tinggal di desa dan tidak berpendidikan.

Dalam penelitian itu juga disebutkan bahwa menyusui berarti memperpanjang waktu menstruasi setelah melahirkan. Di Indonesia misalnya, ibu yang menyusui bayinya dapat memperpanjang waktu kehamilan berikutnya. Jarak melahirkan sampai hamil lagi berkisar antara 4-10 tahun.

Kedua buku ini tidak ada yang menjelaskan detil yang didasarkan kajian ilmiah, apa efek positif dari perintah Quran untuk menyusui hingga dua tahun. Baik dari aspek kesehatan, psikologi maupun kecerdasan.

Proses pencairan makna menyusui dua tahun ini pun berlanjut ke perpustakaan milik Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dan Provinsi Banten. Hingga tiga minggu lebih makna dua tahun itu belum saya dapatkan sampai saya menulis ini pada hari Senin, 8 Juni 2009 sekitar pukul 24.00 WIB.

Alasan saya kenapa ingin tahu makna ayat ini adalah keyakinan bahwa ayat ini tidak mungkin diturunkan Allah SWT, tanpa makna apapun. Kalimat ini pasti ada maknanya, demikian keyakinan yang ada di dalam hati saya hingga saat ini. Proses pencairan makna dua tahun menyusui ini masih akan terus dilakukan. ***

(Kota Serang, Senin, 8 Juni 2009, pukul 24.00 WIB)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kemampuan Harus Dipaksa


Keinginan menjadi orang baik ataupun menjadi orang sukses terkadang harus dipaksa. Tak heran banyak orangtua yang tidak sanggup mendidik anaknya menjadi orang besar, lantaran tidak mau memaksa anaknya untuk jadi orang besar.


Oleh Abu Hazimah Ayu Fadia


Dalam acara presiden pilihan di TvOne, Rabu, 20 Mei 2009 pukul 20.00 WIB, Muhammad Jusuf Kalla, bangsawan dari Bugis sekaligus Wakil Presiden Republik Indonesia yang mencalonkan menjadi Presiden 2009-2014, mengatakan, bahwa sesungguhnya bangsa Indonesia mampu mengelola negara ini dengan baik dan tidak mesti menunggu campur tangan orang asing.

“Kita ini mampu tapi kemampuan ini harus kita paksa, karena kita sudah lama ditidurkan,” kata JK dengan ekspresi wajah yang serius. Pada acara yang audiensinya adalah para pengusaha, JK juga sempat mengkritik pengusaha yang masih menggunakan produk luar negeri.

“Bangsa ini akan maju manakala kata dan perbuatan sejalan dan seirama,” kata JK yang disambut tepuk tangan audiens. Kalau melihat pernyataan JK kita semua sepakat, karena di lapangan banyak kita temukan fakta tersebut.

Pernyataan JK ini bisa kita tarik dalam konteks keluarga (jangan main tarik aja nih). Maksud saya begini, memberikan pendidikan kemandirian kepada anak pun terkadang harus ada “pemaksaan” supaya si anak menjadi terbiasa. Pemaksaan kemampuan ini akan menjadi pelajaran yang membekas kepada anak ketika dewasa nanti.

Beberapa kali saya mendengar kisah orang-orang besar saat mereka masih kecil yang ternyata pemaksaan saat kecil masih teringat dan justru itulah yang membuat mereka sukses. Sebut saja Hidayat Nurwahid, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI) periode 2004-2009. Dalam sebuah acara di salah satu media, Hidayat menceritakan masa kecilnya yang diajarkan kedisiplinan oleh orangtuanya terutama soal shalat.

Pola pembelajaran seperti ini juga bisa kita terapkan dalam kehidupan keluarga. Sebagaimana dikatakan oleh JK bahwa sesungguhnya bangsa Indonesia memiliki kemampuan yang luar biasa, tapi semua itu harus dipaksa karena bangsa kita lama ditidurkan oleh kemalasan.

Pemaksaan dalam konteks ini jangan diartikan dengan kekerasan seperti yang kita lihat dalam dunia militer. Pemaksaan disini maksudnya adalah memaksa untuk disiplin dalam segala hal, memaksa untuk menjadi orang baik, memaksa supaya hidup kita sukses. Nah, kalau disiplin ataupun kebaikan sudah menjadi kebiasaan anak sejak kecil maka Insya Allah si anak akan terbiasa dengan kedisiplinan dan kebaikan. Artinya kita sebagai orangtua sudah menanamkan benih kebaikan bagi si anak. ***

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Orang Indonesia Kreatif Kok


Pada dasarnya orang Indonesia itu kreatif, karena memang kondisinya yang memaksa untuk kreatif. Negara kita heterogen dan memiliki budaya, bahasa dan adat beragam wajar kalau kita menjadi kreatif.


Oleh Abu Hazimah Ayu Fadia


Kalimat di atas adalah jawaban Leo seorang designer furniture Internasional yang sukses memasarkan hasil designnya ke beberapa mancanegara, seperti Eropa, Amerika, Australia, dan Asia, ketika ditanya oleh Andy F Noya pada acara Kick Andy edisi Jumat, 8 Mei 2009, sekitar pukul 22.00 WIB.

Jujur saya tersentak mendengar jawaban pria berkacamata ini. Maklum selama ini kita hanya mendengarkan dan melihat kabar miring seputar nasib bangsa ini yang lebih banyak negatifnya. Masalah deportasi TKI di Malaysia, seorang anak yang terpaksa bunuh diri karena tidak bisa membayar iuran sekolah, penanganan kasus korupsi yang lambat, PHK besar-besaran, seorang ibu yang membunuh bayi karena sudah tidak mampu memberikannya makan dan masalah-masalah lainnya, yang cenderung negatif dan membuat kita tidak percaya diri.

Jawaban Leo ini seolah angin segar yang datang di tengah kemarau panjang. Pada kesempatan itu pula, Leo juga membeberkan strategi marketingnya sehingga menjadi produk unggulan yang mendunia. Pria berkulit putin menyebutkan beberapa strateginya diantaranya memasarkan produknya ke luar negeri terlebih dahulu sebelum dipasarkan di dalam negeri. Loh kok bisa begitu?, tentu saja ini membuat penasaran kita. Menurut Leo yang saat itu membawa kursi hasil designernya, terkadang kita membutuhkan pengakuan dari Internasional terlebih dahulu sebelum di pasarkan ke dalam negeri, karena biasanya orang Indonesia akan tertarik dengan suatu produk manakala produk tersebut sudah diminati di luar negeri.

Apapun strateginya yang dipakai Leo, namun yang pasti pernyataan Le, perlu mendapat apresiasi dan tanggapan yang positif dari bangsa Indonesia. Yah, paling tidak menjadi semangat kita sebagai rakyat Indonesia untuk memulihkan kepercayaan diri bangsa ini, yang lama terpuruk. “Apakah kita bisa bersaing dengan luar negeri?” tanya Andy untuk kesekian kalinya kepada Leo yang kemudian dijawab dengan jawaban singkat yaitu bisa.

Jawaban Leo ini dimantapkan dengan hadirnya Bambang Widyatmoko pada acara tersebut. Bambang adalah seorang peneliti yang berhasil mematenkan 30 penemuannya di negara Jepang setelah belajar di negara sakura selama kurang lebih 13 tahun lamanya. Salah satu penemuan pria yang rambutnya sudah beruban ini adalah alat pencacah sinar laser.

Kini, Bambang kembali ke tanah air dan menjadi peneliti di Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) Jakarta, karena panggilan jiwa dan cita-cita ingin menularkan hasil temuannya tersebut. “Menyesal sih ada ketika kembali ke Indonesia, tapi saya ini kan disekolahkan oleh negara maka harus membangun negara sendiri,” kata Bambang ketika ditanya oleh Andy apakah tidak menyesal kembali ke Indonesia dengan gaji yang minim.

Maklum, di negara Jepang sendiri Bambang sudah memiliki perusahaan dengan omset yang luar biasa. Dukungan Jepang terhadap para peneliti membuat Bambang dan tentunya kita kagum serta bertanya, kapan Indonesia seperti Jepang.

Melihat dua orang yang tampil di Kick Andy itu, saya bertambah yakin dengan penegasan Leo bahwa orang Indonesia pada dasarnya kreatif. Cerita dua orang kreatif ini juga menjadi insipirasi saya untuk membuat tulisan ini, harapannya agar orang lain mengetahui dan memiliki semangat dan kepercayaan diri yang sama seperti dua orang di atas.

Selain itu, penampilan Leo dan Bambang menjadi inspirasi saya dan istri untuk memikirkan masa depan anak saya termasuk anak-anak Indonesia. Walaupun setelah saya membaca buku tentang biografi ilmuwan musim, sebetulnya orang-orang seperti Leo dan Bambang bukanlah sesuatu yang aneh dan baru bagi umat muslim, karena jaman dahulu para ilmuwan muslim juga sudah berhasil melakukan penelitan. Sebut saja Al-Khawarizmy, Al-Jabar dan Ibnu Sina, mereka adalah ilmuwan pada jamannya.

Kalau kita sudah membaca biografi peneliti muslim, rasanya ada sesuatu yang aneh dalam diri kita karena tidak mampu meniru yang baik dari para pendahulu (Ayolah mulai sekarang memikirkan masalah ini paling tidak untuk anak-anak kita).

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Dunia Anak Kita Berbeda


Rata Penuh

Membaca koran Kompas edisi Rabu, 20 Mei 2009 tentang si Gordon yang mampu beroperasi, tanpa harus menggunakan pengendali jarak jauh (remote control) termasuk komputerisasi, dahi saya mengkerut dan termenung sesaat. Saat itu juga saya dan istri saling bertanya tentang jaman yang akan dihadapi oleh anak kami beberapa tahun mendatang.



Oleh Abu Hazimah Ayu Fadia



Saudara tahu siapa si Gordon?, Gordon adalah sebuah robot yang mampu beroperasi dengan otak seperti layaknya manusia. Robot ini dibuat oleh tim dari University of Reading di Inggris. Menurut Kevin Warwick dari School of System Engenering, penemuan ini akan berdampak besar terhadap dunia pengobatan dan sains.

Selain si Gordon, dalam tulisan tersebut juga dibeberkan temuan robot lainnya diantaranya robot militer penjinak bom, robot untuk keperluan rumah tangga. Menurut laporan dari Komisi Ekonomi PBB untuk Eropa dan Federasi Robot Internasional (UN Economic Comission for Europa and the Internasional Federation of Robotics-UNECE), memperkirakan jika tahun 2007 ada 4,1 juta robot rumah tangga dipekerjakan.

Ulasan berita di Kompas ini menjadi renungan dan mengingatkan saya dan istri bahwa dunia anak kita akan berbeda. Apalagi perkembangan dunia sians, teknologi dan informasi begitu kencang derasnya dan tidak mungkin kita cegah. Lalu apa yang mesti kita lakukan supaya anak-anak siap dalam menghadapi perkembangan teknologi, informasi dan sains.

Sebetulnya bagi kita yang beragama Islam sudah diberikan wejangan dari Allah SWT melalui Al-Quran dan Rasulullah Saw. Rasulullah dalam hadistnya mengingatkan kita dengan nasehat yang bijak dan visioner. “Didiklah anak-anakmu sesuai dengan jamannya,” demikian hadist Rasulullah yang sarat dengan makna.

Hadist ini cukup uptade jika dikaitkan dengan perkembangan dunia saat ini. Sinyal yang diberikan rasulullah ini mesti menjadi renungan dan harus diingat oleh keluarga muslim Indonesia setiap saat. Perkembangan dunia informatika dan komunikasi sudah memberkan efek kepada anak-anak. Bahkan, menurut sejumlah pakar anak kekerasan yang dilakukan anak saat ini bukan saja berupa fisik, melainkan sudah dalam bentuk mental. Beberapa contoh diantaranya, siswa jaman sekarang sudah bisa menyebarkan gambar-gambar porno melalui handponenya, permainan game online yang terkadang mengabaikan aktivitas membaca buku, dana masih banyak lagi efek negative dari dunia ini yang mesti jadi perhatian.

Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan kepada anak supaya tidak kewalahan menghadapi dunia masa depan. Pertama, dekatkan si kecil dengan aktivitas keilmuan seperti membaca Al-Quran, menghadiri pengajian, seminar, talkshow ataupun silaturahim dengan seorang yang berilmu. Kita juga harus rajin mengajak si kecil untuk rekreasi di taman buku atau perpustakaan atau jalan-jalan ke toko buku. Kegiatan ini juga tak lain agar si kecil terbiasa dengan buku karena dari sinilah otak dan pikiran si kecil akan terbuka.

Untuk secara detilnya, saya menyarankan agar anda sebagai orangtua rajin membaca buku-buku yang membahas bagaimana mendidik anak sesuai dengan tahapan usianya. Ini pentinga supaya si kecil mampu menerima dengan baik. Selamat berjuang menyiapkan generasi yang tangguh dan bermental robbani. ***

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ayo Berlomba Kebaikan


Menjelang pemilihan presiden Juli 2009, ada sebuah kata yang menjadi perdebatan di kalangan politisi negeri ini. “Lebih cepat lebih baik”, demikian moto Jusuf Kalla yang berpasangan dengan Wiranto dan menaikan suhu perpolitikan.


Oleh Abu Hazimah Ayu Fadi


Moto inilah yang kemudian ditanggapi oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan menyatakan moto tersebut takabur. “Janganlah mengatakan saya ini lebih benar, lebih cepat atau lebih baik karena itu takabur namanya,” demikian tanggapan SBY dalam acara syukuran kemenangan Partai Demokrat di kediaman SBY di Cikeas, Bogor, Jawa Barat.

Komentar SBY ini pun dibalas oleh JK dalam sebuah pertemuan dengan Ketua Umum Muhammadiyah, Din Syamsudin di Kantor Muhammadiyah Pusat, Jakarta. “Lebih cepat lebih baik itu sama dengan moto Muhammadiyah yaitu fastabihul khoirat, yang artinya berlomba-lomba dalam kebaikan, jadi bukan takabur,” kata JK.

Melihat perdebatan ini saya tergelitik untuk menulis soal berlomba-lomba kebaikan, tapi dalam konteks lingkungan keluarga karena di sinilah kemajuan negara bisa dilihat. Jika keluarga Indonesia sehat, damai, bahagia, sejahtera dan memiliki semangat berlomba-lomba dalam kebaikan maka efeknya juga akan berujung kepada nasib bangsa.

Nuansa kompetisi dalam keluarga menurut hemat saya juga perlu diciptakan, tujuannya agar anak-anak kita terbiasa dengan semangat kompetisi kebaikan. Semangat kompetisi ini penting ditanamkan kepada anak sejak dini.

Jika semangat kompetisi ini jadi kebiasaan di dalam keluarga, maka anak kita akan melakukan hal yang sama di luar rumah seperti di sekolah ataupun kantor. Sebagai salah satu contoh yang biasa kami lakukan adalah kompetisi mandi pagi.

Istri saya sering menyindir ketika ada salah satu anggota keluarga yang terlambat mandi atau bangun pagi. “Wah Abi kelewat sama Fadia yang sudah mandi pagi-pagi,” kata istri kepada saya saat Fadia lebih awal dimandi.

Ketika itu Fadia, anak pertama saya masih usia 8 bulan. Begitu juga saat saya berhasil menyelesaikan pekerjaan rumah dengan baik dan lebih cepat, maka saya akan mengatakan dengan bangga kepada istri dan anak saya tentang keberhasilan tersebut.

Kebiasaan kompetisi ini masih sering kita lakukan di dalam keluarga sampai saat ini. Meski terlihat sederhana tapi efek untuk si kecil cukup berarti terutama bagi perkembangan otak, fisik dan emosionalnya. ***

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Arti Buku untuk Si Kecil


Mengenalkan buku kepada anak harus mulai dilakukan sejak dini. Tujuannya adalah agar si kecil akrab dengan buku ketika dewasa nanti, yang di ujung-ujungnya adalah si kecil menjadi anak yang rajin membaca dan memiliki wawasan yang luas.


Oleh Umi Ayu Fadia


Menurut Faudzil Adhim dalam bukunya “membuat anak gila membaca”, mananamkan kebiasaan membaca pada anak sudah bisa ditanamkan sejak anak baru bisa melihat. Mengetahui hal ini, saya dan suami mencoba mendekatkaan anak kami bahan bacaan, seperti buku, koran dan majalah. Tak lain tujuan kami adalah untuk menanamkan kebiasaan terhadap bahan bacaan sejak dini.

Proses demi proses pengenalan buku pun berjalan secara alamiah. Waktu yang sering kita gunakan untuk mengenalkan anak kita dengan buku biasanya tidak mengenal waktu, tergantung kondisi kenyamanan si anak. Seiring berjalannya waktu tanpa kami duga diusianya yang ke-10 bulan, ada sebuah kemampuan yang mencolok jika dibandingkan dengan teman-teman susianya.

Para ahli biasa menyebutnya dengan istilah kemampuan motorik halus yaitu kemampuan anak pada gerakan-gerakan kecil dan detil seperti meremas, menjimpit dan memungut.

Selain itu, pada usia tersebut anak kami sudah lincah membuka-buka halaman buku yang menurut ukuran anak seusianya tidak mungkin dilakukan, mengingat lembar kertasnya sangat tipis dan licin.

Jika sebelumnya si kecil suka menyobek k kertas, tapi sekarang kebiasaan itu sudah tidak dilakukan lagi. Kini, si kecil sudah mampu membuka dan menunjuk apa yang menurutnya menarik. Selain mempercepat kemampuan motorik halus, ternyata buku juga dapat membantu anak menjaga keseimbangan sehingga si kecil cepat berjalan di usinya yang ke-11 tahun meski belum sempurna.

Pengamatan sederhana kami, kebiasaan si kecil menenteng buku yang sampulnya hard cover yang bobotnya tentu berat jika dibandingkan dengan usai si kecil yang baru 11 tahun.

Awalnya kami khawatir jika buku tersebut akan “menyakitinya” karena terlalu berat. Tapi ternyata itu justru membantunya dalam ketrampilan keseimbangan fisiknya atau lebih dikenal dengan sebutan motorik kasar.

Karena keseimbangan tubuhnya cukup bagus, pada usia satu tahun anak kami sudah cukup lincah mengikuti gerakan senam seperti merentangkan tangan dengan membuat gerakan buka tutup sekaligus melangkahkan kakinya. Bahkan kadang sambil melakukan gerakan berkeliling melingkar meskipun kadang beresiko jatuh, tapi itu jarang. Sikecil juga sudah bisa menendang bola dengan cukup terarah.

Dari sekian kemajuan aktifitas fisiknya, yang semakin terus ingin bergerak. Hal tersebut tidak mengurangi kegemarannya terhadap buku. Mungkin inilah efek dari pengenalan buku kepada si kecil saat usianya masih 5 bulan. **

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Dunia Bukan Selembar Daun

Pada sebuah acara di salah satu televisi swasta sekitar Maret 2009, Syafei Antonio seorang pakar perekonomian syariah keturunan Tionghoa menyampaikan sebuah ilustrasi dan fakta yang menakjubkan tentang efek positif penerapan perbankan syariah di sejumlah negara.

Dalam acara itu, Syafei menceritakan pengalamannya ketika berkunjung ke Amerika Serikat, Jerman, Malaysia dan Eropa, yang intinya di negara-negara tersebut ternyata lebih awal menerapkan konsep syariah daripada Indonesia. Penjelasan Syafei yang disampaikan dengan tenang, lugas dan jelas membuat saya kagum sekaligus jadi inspirasi bahwa umat muslim memang harus memiliki pergaulan yang luas sehingga syiar Islam lebih menggema di seantaro dunia.


Seyogyanya memang kita sebagai orangtua mampu mengenalkan dunia kepada anak-anak sejak usianya dini. Ini penting untuk merangsang imajinasi positif anak sehingga akan menjadi perangsang otak anak untuk menatap dan memiliki cita-cita yang luas. Apalagi daya rekam otak anak masih cukup kuat untuk menerima gambar dari luar dirinya. Terlalu sayang rasanya, jika potensi anak itu dilewatkan tanpa ada upaya yang berarti apapun apalagi sampai dijejali dengan umpan yang negatif.


Lalu bagaimana cara memulai supaya anak kita kelak menjadi pribadi yang memiliki wawasan luas?. Beberapa cara sederhana bisa kita lakukan kepada anak kita, diantaranya mengenalkan anak dengan buku, majalah dan koran. Loh kok larinya sampai ke buku segala, apa hubungannya dengan pergaulan dan wawasan luas?. Eit, jangan ambil kesimpulan dahulu sebelum membaca penjelasan berikut ini.

Buku atau bahan bacaan lainnya adalah sarana yang efektif untuk memberikan pengetahuan kepada anak, karena dengan membaca kita bisa mengetahui Amerika, Jepang ataupun Jerman, tanpa harus berkunjung ke negara ini. Yah, syukur-syukur sih kita bisa datang langsung, tapi bagi keluarga seperti kita yang ekonominya pas-pasan membaca bisa jadi alternatif.


Aktivitas membaca kedengarannya sesuatu yang sepele tapi kalau tidak dibiasakan maka aktivitas ini akan sulit dilakukan. Apalagi lingkungan dimana kita hidup tidak mendukungnya, wah kalau ini yang terjadi maka hampir dipastikan membaca jadi persoalan serius.

Kalau melihat dampak positif membaca rasanya tidak berlebihan pepatah yang mengatakan bahwa buku adalah jendela dunia. Kalau dihayati dengan hati bersih dan kejujuran pepatah ini tak terbantahkan, karena sejumlah fakta ada di depan mata kita. Atas kesadaran ini pula saya selalu mengenalkan anak pertama saya Hazimah Ayu Fadia dengan buku, majalah termasuk koran.

Bahkan setiap pagi usai mandi, Fadia selalu kita biarkan mengacak-acak koran harian Radar Banten dan Kompas yang menjadi langganan saya sejak tahun 2008. Dalam perspektif saya dan istri, kegiatan ini paling tidak mengenalkan Fadia yang ketika tulisan ini dibuat baru usia 8 bulan, untuk mengenalkan kertas koran.

Tak hanya koran yang diacak-acak Fadia, buku yang ada di lemari pun di adul-adul (baca; acak-acak) dan diturunkan ke lantai sehingga jadi berantakan. Kegiatan ini pun tak kami larang dengan harapan Fadia terbiasa dan bisa akrab dengan buku.

Loh.. kok jadi kemana-mana nih?. He.he maaf, contoh anak saya ini hanya menguatkan sekaligus pembuktian bahwa apa yang saya tulis juga sudah dilakukan. Nanti kalau tidak dilakukan saya dikatakan orang yang hanya bisa teori.

Kembali ke masalah keluasan wawasan dan pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang muslim, saya jadi teringat penjelasan Ustad Samson Rahman, penerjemah buku La Tahzan, saat menjadi pembicara pada acara pesantren wisata Ramadhan pada tahun 2006 lalu. Menurut Ustad Samson, seorang muslim diwajibkan melakukan perjalanan atau istilah sekarang sering disebut dengan traveling. “Dengan melakukan perjalanan maka kita akan memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas,” kata Ustad yang berdomisli di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten ini.

Tuh, ustad saja mengajurkan kita untuk berwisata dengan catatan tetap memperhatikan beberapa aspek dan tidak melanggar syariat. Ayu buruan yang punya duit segera menyusun rencana wisata keluarga (sebetulnya sih tidak perlu nunggu punya duit, boleh kok nebeng kalau tidak malu, he..he).

Sebelum mengakhiri tulisan ini saya ingin mengingatkan masa keemasan, yang pernah dikuasai oleh peradaban Islam beberapa puluh tahun lalu. Ketika itu peradaban Islam menjadi referensi dunia, Amerika saat itu belum menjadi negara seperti sekarang ini.

Nah, fakta ini bisa kita ketahui jika kita rajin membaca makanya ayo kita rebut kembali peradaban Islam, yang mengkilap dan bersinar supaya dunia mengetahui bahwa Islam adalah satu-satunya konsep yang sesuai dengan fitrah manusia. Kebenaran bagi seorang muslim ibarat barang milik kita yang hilang, untuk itu kita harus mengambilnya ketika barang tersebut sudah ada di depan mata (kalimat ini nyambung ga yah, disambungin aja kali ya).

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Dari Guru Ngaji Sampai Tukang Cuci Pernah Dilakoni

Kekesalan dan kekecewaan adalah cambuk dan pemicu bagi sebagian orang untuk berbuat sesuatu yang bernilai positif. Contohnya yang seperti yang dilakukan Bukhari Arsyad, pendiri Yayasan Yatim Piatu Al-Irsyad, Desa Sukadalem, Kecamatan Waringinkurung, Kabupaten Serang, saat merasa kesal karena mendapat ejekan dari tetangganya. Seperti apa ceritanya, berikut penuturannya kepada Radar Banten, Rabu (25/2).

KARNOTO-SERANG

Murah senyum, hangat dan penuh optimisme merupakan pribadi yang dimiliki oleh pria kelahiran Serang, 4 Juli 1970. Nuansa inilah yang selalu saya dapatkan setiap kali bertemu dengan Bukhari. Tak heran, pria alumni Institut Ilmu Sosial Ilmu Politik (ISIP) Jakarta.

“Perjalanan saya mendirikan yayasan yatim piatu sampai memiliki gedung sekolah sendiri, cukuplah panjang,” kata Bukhari seraya bola matanya diarahkan ke langit-langit karena teringat masa lalu.

Hanya demi impiannya untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi, Bukhari rela bekerja serabutan di Kota Metropolitan Jakarta sekitar 1990-an. Selama kurang lebih 13 tahun lamanya, Bukhari melanglang buana di Jakarta, mulai dari tukang cuci mobil, buruh pabrik, petugas kebersihan di kampus sampai menjadi guru ngaji pernah dilakoninya.

“Sebetulnya, kepergian saya ke Jakarta karena kesal dan kecewa dengan mitos, yang diyakini sebagian masyarakat bahwa orang Banten tidak akan bisa jadi apa-apa meskipun sekolah tinggi,” ujarnya.

Kesal dengan mitos itu, Bukhari pun pergi meninggalkan kampung halamanya ke Jakarta. Bebekal ijazah Sekolah Pendidikan Guru (SPG), suami Sana’ah ini pun merantau ke Jakarta. Di Kota inilah, Bukhari, kenal dengan istilah kuliah. Perkuliahannya diawali ketika memberikan privat ngaji kepada cucu rektor ISIP, Jakarta. “Dari sinilah saya ditawari oleh rector ISIP untuk kuliah tanpa biaya,” tuturnya dengan senyumnya yang lepas.

Kesempatan ini tak dibiarkan berlalu oleh Bukhari, sambil bekerja sebagai petuga kebersihan hingga staf rektor dijalani oleh anak ke-4 dari pasangan Khusni dengan Hoadijah. “Saat perkuliahan sudah berjalan kira-kira 3 tahun, pikiran saya terusik oleh nasib anak-anak yatim di kampung halaman,” ujar Bukhari.

Pada tahun 1995, Bukhari pun mendirikan sebuah yayasan yatim piatu yang kemudian diberi nama Yayasan Al-Isryad dengan jumlah anak yatim dirawat sekitar 20 anak. “Waktu itu saya belum lulus dan masih menjadi staf rektor. Saya baru pulang pada tahun 1998 saat reformasi bergulir,” ujarnya.

Tahun reformasi inilah, Bukhari mulai total mengurus yayasannya hingga saat ini. Kini, di atas lahan kurang lebih 2 hektar, bendera Al-Irsyad berkibar dan memberikan cahaya kepada masyarakat Banten. Di lahan inilah. Bukhari membangun gedung SMP dan SMA.

Di gedung ini pula, 126 anak yatim piatu yang selama ini dirawat diberikan pendidikan sebagaimana pada umumnya. “Mulai dari buku, pakaian seragam makan dan tempat tinggal, anak asuh kami gratiskan,” tuturnya.

Di sekolah ini juga, 500 anak dari warga sekitar menikmati pendidikan yang beberapa tahun lalu sulit didapatkan.

Lalu darimana biayanya padahal ongkos perbulannya untuk operasinal mencapai Rp 60 juta. Bukhari tampak tersenyum dengan penuh optimis seraya mengatakan, upaya yang dilakukan yaitu membuat lahan usaha, diantaranya lembaga kursus computer, peternakan dan penyewaan jasa pesta pernikahan.

“Semua jenis usaha ini masih berjalan hingga kini,” katanya. Selain membuka usaha mandiri, bantuan dari para donator juga pernah diterima. Di penghujung pertemuan, Bukhari masih menyiratkan mimpi besarnya yaitu memiliki perguruan tinggi yang bisa diakses oleh anak dari kalangan tidak mampu.

“Itulah mimpi saya yang sampai kapanpun akan tetap ada,” ujarnya. Cahaya yang Bukhari tebarkan di Provinsi Banten, semestinya menjadi perhatian serius dari Pemprov untuk terus mendorong kemajuan mimpi besarnya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS