Halo, Umi, Abi, Ebo, Ambing, Abut, Ayan, Ajah, Bule, Endong, Lah, Otor, Mam, Nenen, Duduk, Ambil, Angun, Ebang, Urung, Alon, Euli, Minum, Ulu, Bobo, Nulis, Ikan, Uri, Anas, Auh, Ha, Sini, Mbah…….
OLEH ABU HAZIMAH AYU FADIA
Itulah sebagian kata yang sering diucapkan Fadia, anak pertama kami yang ketika tulisan ini dibuat baru berusia 1,4 tahun dalam kesehariannya. Awalnya saya sebagai seorang ayah tidak terlalu menganggap penting masalah kata, yang diucapkan Fadia. Lebih tepatnya, itu sesuatu yang biasa dan tidak perlu menjadi perhatian serius. Namun, belakangan saya baru mengetahui bahwa kata yang diungkapkan oleh anak-anak bisa menjadi tolak ukur kecakapan bahasa si Kecil.
Ternyata, kecerdasan bahasa seorang anak sudah bisa dilihat sejak kecil. Di dalam majalah Nakita edisi 31 Agustus 2009, diungkapkan bahwa kecakapan bahasa si Kecil adalah kemampuan si Kecil mengolah kata secara aktif untuk mengekspresikan objek, perasaan, ataupun menanggapi satu pertanyaan, yang dapat disampaikan secara lisan dan tulisan, juga kemampuan menggunakan bahasa secara kreatif. Disebutkan, ciri-ciri anak yang memiliki kecakapan bahasa diantaranya, rasa ingin tahu yang besar, kemampuan berkomunikasi dengan baik, dan dapat memberikan jawaban secara detail dan lebih panjang dibandingkan anak seusianya.
Ciri-ciri lainnya yaitu memiliki perbendaharaan hingga 200 kata di usia 1 tahun, dapat mengkombinasi dua kata, misal “mau minum, di usia 1 tahun dan mengucapkan kalimat pendek di usia 3 tahun, dan dapat berbicara dengan artikulasi jelas yang dimengerti orang lain di usia 2 tahun.
Dari sini, saya mulai mengumpulkan kata-kata yang sering diucapkan Fadia. Tak lain tujuannya adalah untuk melihat sampai sejauhmana perkembangan bahasa Fadia. Di usainya 1, 4 tahun, Alhamdulillah Fadia sudah mampu mengucapkan dua hingga tiga kata menjadi kalimat. Beberapa diantaranya yang sering saya dengar adalah “Ulu ayan cabut”, artinya bulu ayam dicabut. Kata ini diucapkan saat Fadia membeli ayam potong di dekat rumah bersama istri.
Menurut cerita istri, saat membeli ayam potong, Fadia melihat si tukang potong mencabut bulu ayam. Lucunya, Fadia mengucapkan kalimat itu seraya mempraktekan gaya si tukang potong saat mencabut bulu ayam. Fadia secara atraktif mempraktekan cabut bulu dengan cara mencabuti perutnya. Melihat begitu atraktifnya Fadia saya tertawa sambil memancing agar Fadia mengeksplorasi kata-kata lain, di tempat yang sama.
Alhamdulillah, Fadia pun langsung menambah kata-kata diantaranya “endong ama umi”, artinya gendong sama ummi. Selanjutnya, hampir setiap hari Fadia selalu mengucapkan kata tersebut hingga sering membuat saya sendiri kelelahan, karena Fadia ingin selalu direspon ketika mengucapkan kata tersebut.
Kata-kata lain yang sering diucapkannya diantaranya “alon terbang”, artinya balon terbang. Seperti biasa, Fadia kembali mengucapkan kata ini dengan atraktif. Kali ini, Fadia mengucapkan “alon terbang’ sambil jingkrak dan menunjuk ke arah langit dengan raut muka serius seolah ingin mengatakan bahwa katam yang diucapkannya adalah masalah serius dan wajib didengarkan.
Kalau mengacu pada keterangan di majalah nakita, saya merasa yakin Fadia memiliki potensi kecerdasan bahasa. Ini saya didapatkan setelah saya dan istri menghitung satu persatu kata-kata, yang diucapkan Fadia dan hasilnya lebih dari 200 kata telah diucapkan. Bahkan, Fadia sudah mampu merangkai dua hingga tiga kata dengan atraktif. Kini, tugas sebagai orangtua selanjutnya adalah mengembangkan potensi bahasa yang dimiliki Fadia. ****